Kebersamaan

515 133 51
                                    

Malam itu mereka tidak langsung tidur. Usai keintiman dalam pelukan yang mereka lakukan tanpa kata di pekarangan rumah, Byungra memutuskan untuk membereskan semua kekacauan yang ada. Ia menyuruh Jimin untuk duduk saja di sana menemaninya.

Namun, Jimin mana tega membiarkan ada gadis cantik yang bekerja seorang diri di malam hari begitu. Rasa kantuk dan lelahnya seketika menjadi hilang karena selangkah lagi---atau mungkin sudah---hati gadis itu akan menjadi miliknya. Jimin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menghabiskan waktu bersamanya. Bukankah ini kesempatannya untuk mengenal Byungra lebih jauh?

Ngomong-ngomong, gadis Kang itu sudah jinak dengannya sekarang. Ia lebih banyak tersenyum.

"Ah, tidak bisa seperti ini," keluh gadis itu ketika mereka sedang bergotongan mengangkut sofa terakhir. Namun, sofa itu menyangkut di pintu karena ukurannya terlalu besar.

"Kenapa tidak muat, ya?" Jimin pun jadi ikut bertanya-tanya.

"Bagaimana pria-pria itu mengeluarkannya tadi? Pakai jurus apa mereka?" timpal Byungra seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga kemudian celingukan mencari celah yang bisa mereka gunakan.

Sebenarnya terlihat biasa saja, tetapi bagi Jimin pemandangan itu terasa istimewa. Semuanya seperti gerakan lambat dan Byungra dipenuhi oleh bunga-bunga yang berhamburan. Jimin merasa ia telah jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan gadis itu.

"Pakai jurus cinta bertaburan bunga," jawab Jimin asal setengah melamun. Separuh jiwanya sedang ikut beterbangan bersama bunga-bunga yang mengelilingi Byungra.

"Eoh?" Byungra melongo keheranan. Apalagi saat melihat ekspresi wajah Jimin yang sedang tersenyum-senyum sendiri sambil menatapnya itu.

"Mak-maksudku mungkin mereka memutar-mutar posisi kursi ini sampai muat, seperti kelopak bunga yang sedang berguguran. Mereka berputar-putar tertiup angin." Jimin menjawab lagi dengan asal. Duh, kenapa jatuh cinta malah membuat orang jadi terlihat bodoh, sih?

"Ah, coba kita miringkan," usul Byungra yang untungnya tidak membahas lebih lanjut jawaban asal Jimin. Sepertinya gadis itu paham jika Jimin sudah kelelahan. Jadi secepat mungkin ia ingin menyelesaikan semuanya agar mereka bisa segera beristirahat.

Jawaban asal Jimin ternyata membuahkan hasil. Akhirnya mereka bisa membawa masuk sofa itu dan keduanya langsung menghempaskan diri setelahnya.

"Hanya tinggal memasukkan sampah-sampah. Besok saja lagi," gumam Byungra di tengah napasnya yang memburu.

Sementara Jimin masih memperhatikannya seraya tersenyum. Tangannya yang membentang di sandaran sofa perlahan mengusap puncak kepala Byungra yang sedang bersandar di sana.

"Hari ini kau begitu hebat karena sudah berhasil melalui semuanya," puji Jimin dengan tulus.

Byungra menoleh ke arahnya, "Kau juga," balasnya seraya tersenyum. Astaga, senyum yang mampu merontokkan hati Jimin.

"Kau tahu, rasanya aku tidak ingin tidur malam ini walaupun aku sangat lelah."

"Kenapa?" tanya Byungra keheranan.

"Karena ingin terus bersamamu. Aku takut ketika aku tidur dan terbangun, semua ini hanya mimpi."

"Kemari," ucap Byungra seraya menegakkan tubuhnya kemudian menepuk-nepuk pangkuannya sendiri. Jimin kebingungan sehingga ia hanya bisa terdiam.

"Kau yakin?" tanya Jimin beberapa saat kemudian. Byungra hanya menjawab dengan anggukan mantap.

Perlahan Jimin membaringkan tubuhnya di sofa itu dan meletakkan kepalanya di pangkuan Byungra. Mata mereka saling bertemu dan keduanya saling tersenyum.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang