Mencuri Hati

701 169 30
                                    

Byungra menatap lurus ke arah kaca jendela bus yang ada di hadapannya. Berusaha keras untuk tidak terpengaruh oleh tatapan lembut-tapi-memuakkan milik Jimin yang ia terima sejak tadi.

Entah pikiran gila dari mana yang datang ke dalam otak si pria bermarga Yoon itu. Meninggalkan mobilnya di pelataran parkir kantor polisi wilayah Mapo dan memilih berhimpit-himpitan naik bus bersama Byungra yang masih tetap tidak mengacuhkannya.

Awalnya Byungra sempat ingin menendang Jimin ketika pria itu ikut baik bus. Namun, diurungkannya karena kondisi bus lumayan penuh penumpang. Lagipula, ia tidak ingin mempermalukan diri sendiri hanya karena seorang Yoon Jimin yang menyebalkan.

Hal selanjutnya yang terjadi adalah mereka berdiri saling berdampingan dalam diam. Dengan kedua mata Jimin yang tidak melepas pandangannya dari pantulan wajah Byungra di kaca jendela bus. Awalnya Byungra tidak sadar kalau Jimin sedang memperhatikannya lewat pantulan kaca. Begitu tatap mereka bertemu di kaca itu, Byungra segera mengalihkan tatapannya ke arah lain dengan gugup. Membuat si pria Yoon merasa besar kepala.

Pria itu kini tidak lagi mencuri tatap wajah Byungra lewat pantulan kaca, tetapi sudah berani menatapnya langsung. Membuat Byungra merasa keki dan canggung dalam waktu yang bersamaan.

Siapa yang tidak canggung setelah mendapat ucapan sejenis yang Jimin lontarkan sesaat sebelum mereka naik bus tadi. Lalu menatapnya intens seolah Byungra sudah benar-benar menyukai Jimin.

Meskipun Byungra terlihat berusaha untuk mengabaikannya, tetapi hatinya tetap saja kebat-kebit. Byungra wanita normal. Kalimat penuh keyakinan bahwa Byungra akan menyukai Jimin di kemudian hari terasa seperti mantra yang memberikan sugesti agar alam bawah sadar Byungra mengakuinya.

Cepat Byungra menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran aneh itu dari otaknya. Kalimat Jimin itu adalah racun untuk otaknya yang suci.

Sebuah guncangan terjadi saat beberapa penumpang hendak turun di halte tempat bus berhenti saat itu. Otomatis tubuh Byungra nyaris terhuyung. Beruntung tangan Jimin berhasil merengkuh tubuhnya agar tidak limbung.

"Kenapa suka sekali naik bus, sih? Padahal kalau kau menerima tawaranku untuk mengantarmu pulang, kau tidak akan terhuyung-huyung seperti ini," ucap Jimin seraya membantu Byungra untuk menegakkan tubuhnya.

Tidak ada jawaban. Hanya ada sebuah delikan yang menjadi isyarat agar Jimin menutup mulutnya. Seperti biasa. Jimin malah semakin tertantang ingin tahu lebih jauh tentang reaksi gadis itu.

"Apa kau pernah kencan di bus sebelumnya?" tanya Jimin dengan wajah serius.

"Bukan urusanmu!" tukas Byungra sengit seraya membuat jarak posisi tubuh mereka beberapa senti ke samping.

"Dari jawabanmu, sepertinya belum pernah, ya? Aku juga belum pernah. Kalau begitu, ini adalah kencan pertama kita di bus. Kau boleh menganggapnya begitu." Jimin tersenyum manis hingga matanya membentuk sebuah garis.

"Dasar sinting!" maki Byungra dengan suara tertahan. Ia tidak mau membuat seisi bus menghakiminya karena ucapan yang tidak bertata krama.

"Jangan bergeser lagi. Bukankah dua orang yang sedang berkencan itu harus saling berdekatan?" ujar Jimin tak mengindahkan makian Byungra. Ia justru bergeser. Kembali mengikis jarak di antara mereka yang tenggelam dalam kerumunan penumpang di bagian tengah bus.

"Hentikan semua tingkah gilamu atau aku akan berteriak agar semua orang tahu kau itu pria mesum yang sedang berusaha melakukan pelecehan di dalam bus!" ancam Byungra dengan suara lirih, tetapi banyak penekanan.

Mendengar ancaman Byungra, Jimin terdiam. Namun, tatapan matanya masih seperti tadi. Menatap penuh kelembutan dengan wajah yang tersenyum penuh minat.

[Sudah Terbit] Hilarious ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang