2 : Suhu Dingin

4.3K 416 21
                                    

Dingin.

Suasana sekre sekarang dalam suhu dingin. Sekre ramai, tapi tidak ada yang berani bicara.

Mau keluar, tapi masih ada kerjaan. Ke mana lagi coba tempat di kampus ini yang luas, sinyal wifi bagus, bisa rebahan dan santai selain di sekre?

Eh, udah nggak bisa santai sih sekarang.

"Kenapa sih ini? Kok kaya yang pada musuhan?" bisik Mark pada Nana yang sibuk dengan laptopnya di meja dekat pintu sembari meluruskan kakinya.

"Abis Rapim," jawab Nana pelan.

"Rapim?" Nana mengangguk.

"Pas rapim, katanya Para Pimpinan berantem sampe hampir mau adu jotos. Makanya gini."

"SERIUSAN?!" Mark refleks berteriak.

"Berisik!" ketus Wishaka, Sian, Naresha, Jinan dan Hanif bersamaan.

Serempak, Mark terdiam menutup mulutnya sendiri. Kemudian kepalanya digeplak Nana, Yohan dan Dana.

Di sekre anak angkatan 1 laki - laki ada lengkap, para pimpinan ada semua (Siddiq bukan pimpinan resmi secara structural, dia adalah seorang redaktur senior), perempuannya ada Hanna, Ayesha, Jelita, Salwa dan Senin.

"Teh Hanna, mereka kenapa sih?" tanya Jelita pelan. Sebisa mungkin agar tak didengar penghuni sekre lain.

Bendahara Pers Kampus merupakan bagian TOP MAN, jadi saat Rapat Pimpinan Hanna selaku Bendahara Umum maupun Wendy selaku Sekretaris Umum pasti ada.

Hanna menghela nafas, lalu berbisik pada Jelita. "Mereka hampir bunuh – bunuhan pas Rapim semalem."

Jelita sontak membulatkan matanya. Apa yang terjadi sampai buat para pimpinan ini mau bunuh – bunuhan segala?

"Maaf, tapi aku sama Wendy aja gak diizinin gabung semalem. Jadi aku takut juga mau nebak – nebak agenda semalem apa," lirik Hanna pada Wishaka, Sian, Naresha, Jinan dan Hanif yang tersebar di setiap sudut sekre. Seperti saling memusuhi satu sama lain.

Jelita mengangguk paham. Rapat pimpinan memang bersifat rahasia. Pengurus biasa sepertinya tidak diperkenankan untuk ikut atau mengetahui isi rapat pimpinan. Itu adalah privasi dan urusan para Pimpinan. Bahkan Bendahara dan Sekretaris Umum pun, jika tidak diinginkan, maka harus pergi dan tidak diizinkan ikut rapat oleh Pemimpin Umum.

Jika ormawa lain memiliki satu pimpinan atau ketua umum, maka lain dengan Pers Kampus.

Secara struktural, mereka memiliki lima pemimpin. Terdiri dari tiga pemimpin departemen, satu wakil pemimpin umum dan satu pemimpin umum.

Pada musyawarah besar tahun lalu, jabatan Wakil Pemimpin Umum sempat tidak ada. Hanya saja, pada periode Hanif, forum memutuskan untuk kembali memasukan struktur wakil pemimpin umum. Jadilah, Hanif dengan Hak-nya menjadikan Jinan sebagai Wakilnya.

Dengan lima pimpinan, Pers Kampus menjadi lebih kuat dan kokoh. Berbagai ide brilian maupun inovasi terus berkembang. Adanya lima orang pemimpin didalamnya, membuat Pers Kampus dapat berlari dengan kencang. Secara, lima kuda menopang ormawa jurnalis kampus itu.

Tetapi, dalam perjalanannya, memiliki lima pemimpin bisa diartikan sebagai lima matahari yang mengitarimu secara bersamaan.

Bayangkan panasnya seperti apa? Selisih paham, perbedaan ideologi sering kali terjal mereka temui.

Entah apa yang terjadi kali ini, tapi kelima pimpinan itu sekarang saling membuang wajah satu sama lain. Seperti musuh saja.

"Shak, lu tetep mau gini aja? Udah gue bilang jangan lakuin itu!" sentak Naresha tiba – tiba menghampiri Wishaka di kursi depan komputer. Senin duduk di sebelahnya tengah merekap data.

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now