5 : Litbang VS Perusahaan

2.8K 400 54
                                    

PRAKK


Brian melempar kertas berisi lembaran MoU dengan para client.

Hari ini Ia mendapat kabar dari Naresha untuk berhenti menerima pengiklan. Lalu Ia mendengar aduan dari Lucas dan Yohan, bahwa para pimpinan departemen adu mulut bersama Hanif – Jinan.

Brian dulu adalah seorang Pemimpin Litbang saat Lucas dan Yohan magang, saat Naresha, Sian dan Jinan masih di Litbang semua. Sebelum digantikan Sian.

Ia agak tersentil melihat permasalahan ini.

"Gue ngerti, lo ngambek gara – gara upgrading yang cuman ngelibatin dua departemen. Tapi berhenti nerima pengiklan ini gak bisa jadi jawaban. Kalau mau adu kuat dan pengaruh di Pers Kampus, gak akan ada yang menang. Karena tiap departemen punya pengaruhnya sendiri. Ilang satu? Ya cacat," nasehat Brian di depan anak – anak sekre.

Tidak seperti Hanif, Brian membiarkan pengurus lain ikut melihat adu mulut ini. Supaya semua jelas dan tidak ada yang ditutupi lagi. Bahkan, Naura, Yesha, Janu, Deon dan Eshan ikut duduk dan kebingungan dengan permasalahan para seniornya ini.

"Kalian diem aja ya, maklum, mereka ini suka gini. Tapi gak apa – apa kok," bisik Jelita pada para anak ayam baru yang mengangguk.

"Tapi gue juga gak paham, kenapa lo bisa nge-acc issue kemaren buat naik dengan arah kaya gitu? Gak belajar dari kasus Guru Besar, Nif?" tanya Brian pada Hanif.

"Dan kenapa lo juga diem aja Bang?" kini giliran Siddiq yang ditanya Brian. Siddiq hanya berdehem pelan.

"Itu hak Hanif ngambil keputusan, serah dia."

Brian tidak terbiasa dengan ketidak pedulian Siddiq seperti ini. Bahkan meski bukan PU lagi, Siddiq seringkali memberi arahan dan nasehat. Kenapa sekarang diam saja?

"Nan, lo juga mau begini?" Jinan membuang muka, menolak menatap Brian.

"Kalian tuh kenapa, sih? Gak biasanya pada keras kepala begini."

"Percuma gue ngomong. Gak ada yang denger," sahut Hanif.

"Wishaka – Sian, mutusin arah beritanya sendiri meski Naresha sama Jinan nolak, udah dua kali Rapim dan tetep gak ada titik temu. Naresha udah gue kasih penjelasan, tetep gak terima upgrading cuman dua departemen. Sian ngajuin usul upgrading pake nama Lucas, meski dia yang usul. Parahnya, gak ada yang lapor gue. Giliran Gue ambil keputusan, disebut otoriter. Mau lo pada gimana?" desak Hanif mengepulkan asap rokoknya ke udara.

Sumpah demi ampun, Ayesha yang ada di sana membenci Hanif dengan mode seperti ini.

"Jadi lo nyalahin kita?" tanya Wishaka.

"Hanif gak nyalahin Shak. Tapi emang di antara kalian harus ada yang ngalah," balas Jinan.

"Jangan keras kepala makanya," sahut Naresha sebal.

"Lo juga keras kepala anjing." Sian menyahuti tak kalah kesal. Naresha menatap tak terima.

"Ngaca, Sat!" selak Naresha.

"Udah – udah, kalian ini! Banyak anak kecil di sini, jaga omongan lo pada," tutur Jinan menaikan intonasinya.

"Jangan kaya pada bocah deh, bisa kan omongin baik – baik?" Hanna mencoba melerai, tapi apa daya, sepertinya satu ruangan mulai tersulut emosi. Untung saja Wira sedang absen, kalau tidak, lelaki itu akan dengan cepat naik pitam dan menghajar lawan bicaranya.

"Udah pada gak mempan pake omong," sinis Naresha.

"Apa lo? Mau duel aja?" Sian maju menantang.

"Siapa takut?!" balas Naresha ikut menantang.

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now