44 : Begin Again

2.4K 374 195
                                    

"Ra, coba kamu inget – inget lagi, rekamannya bener ada di hp doang? Udah dihapus?" tanya Kanaya memastikan.

Mereka kini tengah rapat redaksi dadakan, semua anak redaksi ada di Sekre. Tadinya rapat akan dilaksanakan di luar, tapi karena keadaan dirasa belum kondusif jadi diputuskan di sekre saja.

Meski ada anggota departemen lain seperti Lucas dan Arya.

"Enggak ada Kak, aku belum sempet ngecopy ke laptop karena erorr. Terus, meski aku udah bilang nggak ada pun ke mereka, mereka tetep ngotak – ngatik HP aku. Aku punya kebiasaan namain tiap file wawancara supaya gak ketuker pas mau bikin transkrip jadi mereka bisa nemu cepet banget. Maafin aku." Rara menunduk merasa bersalah.

"Nggak usah minta maaf, bukan salah kamu. Ini namanya musibah, nggak ada yang tahu. Udah, jangan nyalahin diri kamu sendiri."

"Shak, mereka beneran mau lapor ke AJI?" tanya Siddiq merubah topik, tatapannya cemas bukan main. Wishaka yang sudah pusing dari kemarin mengangguk lemah.

"Lo nggak punya kenalan Bang di AJI?"

Siddiq menggeleng. "Ada sih, tapi dia udah keluar. Fokus kerja di CNN sekarang."

"Emang rekamannya kaya gimana? Isinya apa? Kenapa sepenting itu?" tanya Siddiq.

"Jadi, kita pertama dapet issuenya itu dari Litbang. Yohan dapet issue itu, terus Sian sama Daniel nyoba nyari tahu ke anak himpunan sama Capresma nomor 1. Setelah dapet, dan emang bener. Dieksekusi sama Rara. Kalo abang liat beritanya kan itu narsumnya ada Capersma nomor 1, ada tim kampanye yang anonim, ditambah pernyataan anak himpunan broadcast yang nolak buat diwawancara. Tapi Rara berhasil ngebujuk si Tim Kampanye ini yang sampe akhirnya ngasih bukti rekaman si Khalik ngancem capresma 1. Diem – diem itu rekamnya. Tapi sekarang rekaman itu ke hapus," jelas Wishaka panjang lebar, Siddiq mengangguk mengerti.

"Kita kalau dapet pengakuan dari capresma satu merasa diancam dengan kekerasan yaudah, itu cukup kuat kok. Asal dia mau bersaksi juga sama AJI nantinya."

"Tapi Kak, korban sekarang susah dihubungin, si tim kampanye ini juga udah kita janjiin anonym," balas Kanaya.

"ASSALAMMUALAIKUM!" teriak Mark nyaring dari arah pintu.

Tadi dia habis keluar mencari minum, setelah Nana pergi menyusul Jelita, dia milih buat cari yang segar – segar supaya lebih tenang.

Sampai sekarang dia sudah kembali lagi ke sekre, Nana belum juga kembali.

Tidak seberapa lama dari itu, Ayesha dan Thara juga datang ke sekre selesai kelas. Pas mereka sampai, Mark langsung heboh cerita soal Jelita.

Rapat Redaksi jadi terganggu, dan berakhir mereka bicara soal Jelita yang belum juga datang bersama Nana.

"Apa gue susul aja?" tanya Lucas.

"Jangan, ntar malah ada ribut lagi kaya kemaren," sahut Senin.

"Kemaren aja kalau gak dilobby Jinan, kalian udah kena tindakan disipliner yang ribut ngacauin sekre himpunan broadcast," lanjut Kanaya.

"Untung kita punya anak rektor."

"Ngomongin Bapak gue ya lo pada?" tanya Jinan tepat di samping telinga Mark.

"ASTAGANAGA BONAR KESEREMPET!" kaget Iklan Perusahaan itu. Jinan terkekeh kecil.

Wakil Pemimpin Umum itu lalu ikutan duduk lesehan berkumpul bersama yang lain.

"Selama bapak gue gak turun jabatan tenang aja, dan gue sangsi Bapak gue bakal turun jabatan dalam 7 tahun ke depan. Pasti kepilih lagi."

"Yakin banget kepilih lagi, Bang?" sindir Lucas.

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now