12 : Ghibah

2.3K 342 38
                                    

Sekali, dua kali, Kanaya terus memutar sedotan dalam gelas cappucinonya sembari pikirannya melayang entah ke mana. Di sampingnya, Naresha duduk dengan asyik melahap ayam goreng pesanannya. Pun begitu Jinan, Wishaka, Janu, Nana, Rara, Thara dan Senin.

Mereka kebetulan kompak lapar berjamaah di sekre, jadi memutuskan makan di warteg terdekat dan makan bersama. Sebuah kombinasi yang jarang terlihat.

Thara gak akan mau kalau gak dipaksa Rara dan Naresha. Apalagi Janu, kalau bukan karena Abangnya maksa, dia juga ogah. Lebih milih makan nunggu Yesha sama Deon beres liputan baru makan. Tapi apa daya?

"Nay, makan. Kok malah ngelamun?" Wishaka menyodorkan piring Kanaya yang masih tersisa seperempatnya lagi.

"Kalian sadar gak sih woy, Salwa makin sini makin aneh?"

"Aneh kenapa?" tanya Jinan balik.

"Yaa gitu, dia makin gelisah dan gak betah di sekre. Makin sini, kaya keliatan pengen ngasih tahu sesuatu tapi ketahan terus. Berkali - kali dia ngajak ngomong gue atau Senin tapi gak jadi mulu," cerita Kanaya.

"Aku malah ngerasa Kang Jaiz yang jadi aneh." Rara memulai perghibahan lain.

"Ini aku bukan ngadu ya Kak Wis. Tapi Kak Jaiz redakturannya suka ngaco sekarang. Banyak typo, terus upload foto berita aja salah kemaren."

"Oh yang berita kemalingan di kelas malah upload foto tukang parkir ya?" Nana menyahuti. Dia ingat, sebelum mensirkulasikan berita, dia sempat bingung karena link yang di share Rara berisi berita maling di kelas, tapi malah berisi foto tukang parkir. Untung saja Nana gerak cepat laporan ke Wishaka.

"Salah apa coba tuh tukang parkir disangka maling sama si Jaiz ahahaha," tawa Jinan nista.

"Kalo Si Jaiz bukannya emang aneh ya?" sahut Naresha dengan mulut penuh.

"Telen dulu Kak makannya," ingat Thara, Naresha senyum dan dengan patuh menelan makannya.

"Si Salwa kaya cewek lagi galau gitu gak, sih?"

"Dia emang punya cowok kali. Waktu itu keceplosan di sekre." Naresha mengajak high five Jinan. Mereka satu pikiran.

"Seriusan Salwa keceplosan gitu?" Jinan, Naresha dan Rara mengangguk bersamaan.

"Aku saksinya, lu liat juga kan Nu?" sikut Rara pada Janu. Anak magang itu mengangguk tanpa banyak bersuara.

"Tapi kok gak bilang - bilang sih," bingung Senin yang paling pertama selesai makan, dia tipe yang gak bakal ngomong sebelum makannya beres.

"Mungkin pacarnya ada di sekre. Makanya gak mau bilang," sahut Wishaka.

"Ini jaman kapan sih, di sekre masih sembunyi - sembunyi kalo pacaran? Jaman Siddiq ke bawah sih iya."

"Bener tuh kata Jinan, lagian sekarang di sekre itung coba berapa banyak yang pacaran?" jari Kanaya mencoba menghitung dan menyadari sesuatu.

"Dih, cuman tiga dong. Gue pikir banyak."

"Banyak yang gagal Ay," balas Wishaka.

Kanaya terkikik. Kalau dipikir iya ya, ada Sian, Thara, Naresha, Wendy, Yohan, Dana, Rara, tapi semua gak ada yang jadi. Cuman Wishaka - Kanaya, Jinan - Senin dan Hanif - Ayesha yang udah officially dating.

"Gue mikirnya banyak loh," tutur Senin.

"Itung gue sama Thara dong." Thara menatap galak Naresha.

"Serius, Salwa diem - diem pacaran sama anak sekre kali." ucap Wishaka lagi.

"Kenapa yakin banget deh Wis?"

"Ini gue masih observasi sih. Tapi gue curiga sama gerak - gerik Salwa udah lama. Cuman, emang gak ada bukti langsung aja gue diem."

Pers Kampus 2.0✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang