34 : Peluk Untuk Arya

2.2K 341 20
                                    

Sore hari itu, selepas mata kuliah terakhirnya di hari kamis, Arya izin pulang lebih dulu pada para penghuni sekre.

Dia harus cepat – cepat pergi ke PVJ alias Paris Van Java, salah satu mall mewah di Kota Bandung, demi menunaikan tugas kerja kelompoknya. Jadi, selepas memarkirkan motor vespa yang ia pinjam dari Naresha, Arya langsung buru – buru menuju tempat ia dan kelompoknya janjian.

Sesaat, Arya tak mengerti ajakan temannya itu jauh – jauh kerja kelompok ke sini, padahal ada mall yang lebih dekat dengan kampus mereka, atau bahkan di perpustakaan atau di café sekitar kampus juga cukup kan? Kenapa harus jauh – jauh kesini.

Mana macet pula jam sore tuh, jadi Arya yang bawa mobil minta barter sama Naresha yang bawa vespa nya ke kampus hari itu. Demi ngejar waktu, karena dia udah 15 menit telat dari waktu janjian.

Sambil jalan, Arya nyoba buat kirim chat ke temannya itu. Mengabari jika dia sudah ada di lobby. Naik elevator ke lantai 2, lalu baru mau berbelok ke arah tempat janjian, tapi Arya malah dikejutkan dengan pemandangan di hadapannya kini.

Pegangannya pada tali tas selempang hitamnya mengerat, Ia berdiri saling menatap dengan dua orang di hadapannya.

Salah satu diantara mereka tersenyum,

Dan itu adalah senyum yang pernah menggetarkan hati Arya sebelumnya.

...

Suara bising di dalam mall, membuat keduanya memutuskan mengobrol di area outdoor mall duduk berdua di salah satu bangku taman disana.

"Apa kabar?"

Arya mengangguk menanggapi, "Baik, kamu?"

Yang ditanya ikut mengangguk. "Sejauh ini, masih baik."

"Arya, makasih ya."

Kening Arya berkerut bingung, dirinya tak tahu arah ucapan makasih gadis di sampingnya ini apa.

"Udah bantuin Adoy dan gue, makasih. Gue tahu, lu dan temen – temen lu yang bikin Adoy dan gue bisa lengser dengan damai. Bahkan Adoy masih bisa lanjut kuliah lagi."

Hanya anggukan yang kembali Arya berikan sebagai respon.

"Gue cuti kuliah Ya, udah semester 6 juga. Gue cuti sampai melahirkan, sedangkan Adoy tetep kuliah. Dia juga sekarang kerja, serabutan sana sini, kadang part time di café atau restaurant, jualan, bantuin bokap gue usaha, pokoknya nyari tambahan buat gue sama anak yang dikandung gue ini." tangan kurus gadis itu mengusap pelan perutnya yang sudah kian membesar.

"Orang tua kita bilang bakal nanggung semua biaya dan kebutuhan gue sama cucu mereka ini sampai gue dan Adoy bisa mapan, tapi tetep aja, mungkin naluri seorang Ayah dan Ibu, gue sama Adoy ragu buat nerimanya. Kita pengen seenggaknya sebisa mungkin usaha sendiri dulu, karena gimanapun, ini tanggung jawab kita. Ini anak gue sama dia, jadi ada perasaan terikat."

Gadis itu melirik Arya disampingnya yang hanya diam mendengarkan,

"Maaf—"

"Lu udah minta maaf malam itu berkali – kali Sin. Gak perlu minta maaf lagi, udah," potong Arya, tahu kemana arah ucapan mantan kekasihnya itu.

"Sekarang, lu focus aja sama anak yang lu kandung. Gue yakin Adoy bakal jadi ayah yang baik dan bertanggung jawab kok. Lu sama gue, sama – sama kenal dia gimana. Gue juga yakin, lu bakal jadi Ibu yang baik juga." Sindy tersenyum dan mengangguk.

Tak lama, datang Dodoy menghampiri mereka berdua, setelah tadi pura – pura pamit ke toilet dan nitip Sindy sebentar pada Arya. Karena Dodoy tahu, mereka perlu waktu untuk bicara berdua selepas kejadian waktu itu.

Pers Kampus 2.0✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang