"Hanna bahkan hampir pingsan saat tahu Hanif kecelakaan dulu." Tangan Wendy mengaduk minumannya tak minat.
"Yang pas semester 3?"
Mahasiswi Hukum itu mengangguk.
"Gue heran deh sama hubungan mereka, semua orang udah ngerasa mereka lebih dari temen. Tinggal ada yang gerak aja salah satu. Tapi tahu – tahu, Sanan - Ayesha datang dan merubah cerita."
Sudut bibir Wendy tersenyum menanggapi pernyataan Sian. "Waktu yang jadi masalah, atau mereka yang terlambat menyadari satu sama lain?"
Ini yang Wendy suka jika mengobrol dengan Sian, Brian, Naresha, dan Jinan. Para lelaki Litbang ini terlatih lebih peka, meski suka pada pura – pura bego. Mereka pakai strategi, kalau mau dapat informasi ya harus ditukar dengan informasi juga.
Mereka akan menunggu dengan sabar di balik rerumputan, sampai mangsa memang ada di genggaman. Jika tidak, mereka tak akan bergerak.
Lain hal dengan Wishaka, Siddiq, Hanif, Orion, Jaiz, si para lelaki Redaksi yang terlalu straight, teliti, dan dalam, namun terkadang kurang strategi. Sekalinya diam, mereka menunggu dengan tenang. Sekalinya memilih bergerak, mereka kejar sampai dapat.
Hanif dan Wishaka memilih bergerak. Sedangkan Siddiq, Orion, dan Jaiz memilih diam.
Beda lagi jika dengan Wira, Arya, dan Daniel—sebelum ke Litbang, Daniel tahun sebelumnya ada di sirkulasi dan Iklan di Perusahaan—mereka berpikir berdasar logika untung rugi, branding, strategi, dan pemahaman pasar yang lebih baik.
Bagi mereka, modal di awal sangat penting. Bagaimana nanti adalah hasil dari bagaimana mereka kini.
"Sama ketika gue gak ngerti gimana caranya Naresha ngeluluhin hati lu Kak, gue juga gak ngerti gimana hubungan Hanna – Hanif," jelas Sian yang membuat Wendy memutar matanya malas.
"Stop bahas itu."
Sian hanya mengangguk simpul.
"Sebenernya, gue takut aja, mereka salah langkah," lanjut Wendy.
"An, lu tahu... " Wendy menjeda ucapannya.
Sian menoleh selepas menyeruput kopi hitamnya di angrkingan yang mulai sepi itu. Maklum sudah malam, dan angkringan ini ada di pojokan wilayah kampus. Wendy tampak menimang ucapannya, tapi kemudian putuskan untuk buka suara.
"She love him, but She didn't realize it till now..."
Sian tercenung, sebuah lampu berhasil menyala dalam salah satu sel otaknya.
"And He love her, but He is too late till his heart move on."
"Yep. They are too late to realize it now."
. . . . .
Sian Axele Farzan
Pemimpin Litbang 2019
Sonia Wendy
Sekretaris Umum Pers Kampus 2019
. . . . .
Anyway, thanks for loving, voting, comment adn supporting this book so far!
See you on next chapter!
YOU ARE READING
Pers Kampus 2.0✔
General Fiction╰Pers Kampus 2.0╮ ⚠️⚠️ Chapter lengkap Pers Kampus dan Pers Kampus 2.0 dengan chapter tambahan, dapat dibaca melalui e-book Pers Kampus. Link pemesanan bisa didapatkan di Instagram @allyoori⚠️⚠️ • College life • Lokal • Semi baku Masih menceritakan...