62 : Something Flutter

2.2K 368 109
                                    


Percaya gak? Kalau sejak obrolan malam itu, tiba – tiba saja para pengurus lelaki jadi terlihat lebih misterius.

Mereka semua terlihat seperti menyembunyikan sesuatu dan memulai sebuah misi rahasia. Cuman emang gak ada yang ngomong aja, tapi semua orang tahu, masa - masa menuju akhir periode memang bakal banyak drama.

Sian contohnya, dia memakai jeans hitam, kaus panjang hitam, dan sekarang mengambil scraf dari loker Litbang entah punya siapa, lalu ia kenakan untuk menutupi setengah wajahnya. Dengan gesit memakai sepatunya, dan bersiap melesat dari sekre.

Hal itu menarik perhatian Deon.

"Bang Sian mau transaksi narkoba?" tanya lelaki itu polos. Ya habis, tingkah Sian ini mirip waktu dia mergokin Sian, Orion dan Jinan mengendap masuk Sekre DAMU waktu itu.

Yohan ngakak di tempat. "Mau transaksi nasi padang tuh di pager belakang."

Bukannya mengerti, Deon malah semakin bingung. Yohan pun duduk ikut lesehan di sebelah Deon, lalu merangkulnya," Di belakang gedung ormawa tuh ada pager berduri, terus ada warung nasi padang deket sana. Suka ada amang – amang yang nerima pesenan di deket pager, padahal mahasiswa udah dilarang buat ngelewatin pager itu apapun alasannya karena bahaya. "

"Ada kasus mahasiswa sampai masuk IGD baret dan luka abis lompatin pagernya. Jadi segala kegiatan di dekat sana, bahkan termasuk jual – beli nasi padang dilarang. Pernah tuh, mahasiswa ketauan dosen langsung kena hukum bersihin wc dibanding nilainya terancam. Makanya, kalau yang mau beli nasi padang lewat jalur illegal itu pada pake topeng."

"Beli aja langsung ke sana? Ngapain lewat pager?"

"Ya jauh lah yon, muter ke belakang kampus sama aja lu jalan sekilo."

"Kan bisa pake motor Bang?"

"Sayang bensin sama duit parkir Yon."

Baru setelah itu Deon mengangguk mengerti, dirinya kembali memperhatikan Sian yang kini dihampiri oleh Orion yang sudah berwajah sedih.

" Sian, gue berterimakasih atas pengorbanan lu. Semoga lu khusnul khotimah." Dengan wajah dibuat sesedih mungkin. Pura – pura menangis. Sian mengangguk, mengikuti permainan, lalu menatap anak – anak yang ada di sekre,"Doain abang ya adik – adik. Semoga abang berhasil mengemban misi ini. Demi keberlangsungan perut lima orang pengurus Pers Kampus. Abang rela berkorban."

Orion dan Sian lalu berpelukan dan menangis terdengar pilu,"Udeh cepet. Aing udah laper pisan nih." Ketus Brian, selepas berpesan pada Deon jika makanan sudah datang minta dibangunkan, Brian langsung pelor. Sian dan Orion lalu melepaskan pelukan dan langsung berekspresi datar kembali. Tak butuh waktu lama tubuh Sian pun tak terlihat lagi di depan sekre.

Yesha yang melihat kelakuan para seniornya itu menggeleng prihatin, gadis itu lalu berbicara pada Rara yang ada di sampingnya. "Sayang banget ya Kak, ganteng – ganteng tapi otaknya setengah."

Wajah Rara menampilkan ekspresi terkejut. "Loh? Mereka masih punya otak?"

Yesha tergelak akan respon Rara. Kemudian terdengar Rara bergumam, "kelakuan kaya gitu masih sisa setengah itu prestasi."

Suara langkah berdebum terdengar ribut dari arah pintu, Janu yang tengah duduk membaca buku di pojokan rak buku seorang diri terganggu. Melihat ke arah pintu dan mendapati Eshan masuk dengan langkah tergesa.

Janu langsung refleks melihat Yesha yang tengah redakturan dengan Rara.

Habis malam itu, Janu terpikirkan ucapan Eshan terus menerus. Dia merasa terganggu karenanya.

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now