30 : Nama yang Masih Menjadi Jawabannya

2.7K 365 70
                                    


Suara denting sendok, kunyahan renyahnya pisang goreng dan gehu, seruputan kopi, serta kendaraan yang lalu lalang, jadi backsound yang menemani berkumpulnya para lelaki Pers Kampus.

"Gue sama Senin gak ada apa – apa Nan."

Tanpa menatap Jinan, Arya tetap focus pada pisang goreng di tangan kanannya.

"Perasaan gue diem aja deh."

"Iya, tapi mata lo tuh dari tadi kaya mau bunuh Arya tau gak," sahut Brian lalu menyeruput kopi susunya.

Wajah Jinan melengos memilih menatap jalan raya saja.

"Lagian, Arya udah ada gebetan. Ada juga elu yang mulai mikir, kenapa lo bisa putus, selesein masalahnya. Bukannya malah diem – dieman gini. Kaya gak saling kenal."

Semua orang yang ada disana mengangguk setuju atas ucapan Wishaka.

"Ini sorry ya, tapi gue salfok, gebetan Arya siapa?" tatap Naresha pada satu persatu orang disana, Jinan, Brian, Wishaka, Daniel, Orion dan Arya sendiri.

Brian yang mengambil alih jawaban, "Itutuh si Daneen, yang pernah ikut Diklat Pers Kampus, tapi pas magang keluar."

Orion membulatkan matanya, mulutnya yang penuh sama pisang goreng terbuka,"Ha? Lo sama sohib gue ya?"

Arya berdehem, mulai salah tingkah, mau bilang enggak tapi takut kualat, kalo dibiarin dia pasti bakal dicengcengin terus.

"Bukan gebetan juga sih, cuman yaa emang makin deket karena sering sekelompok." Jawab Arya tersipu.

" Kenapa harus sama yang sebangsa Odan sih Ya?" keluh Daniel.

"Emang gue kenapa?! Daneen lucu kok!" sahut Orion tak terima.

Tepat sehabis ucapan Orion, Senin tahu – tahu datang, membuat yang ada di sana terkejut bukan main,


"Gue yang panggil," jawab Wishaka.

"Gimana Nin? Beres?"


"Duduk dulu sini," titah Arya memberikan kursi di sebelahnya, persis menghadap Jinan di seberang meja yang hanya bisa diam dengan canggung.

Senin memberikan sebuah flashdisk pada Wishaka yang duduk disamping Jinan.

"Ini udah gue rapihin, check aja lagi."

Karena jelas sekali ada kecanggungan, Senin buru – buru bangkit dan berpamitan kembali, sembari menghindari bertemu pandang dengan Jinan.

"Duluan yaa."

"Buru – buru amat Nin, makan pisang goreng aja dulu sini," ajak Brian, tapi dijawab gelengan oleh Senin.

"Langsung balik?"

"Enggak, mau ke sekre dulu ambil buku ketinggalan."

Setelah menjawab pertanyaan Daniel, Senin pergi ke arah kampus, kembali ke sekre dulu.


Obrolan berlanjut random selepas kepergian Senin.

Sementara mereka berbicara kesana sini, hanya Jinan yang diam saja. Tak berniat menanggapi kelakar teman – temannya seperti biasa.

Wishaka bisa menangkap hal itu, "Lo masih kepikiran Senin?"

Jinan menoleh lalu hanya tersenyum miris.

"Kan kalian putus karena lo gak bisa lupain Jelita ya, harusnya lo lega dong sama Senin udah selesai? Kenapa malah murung?" tanya Orion yang duduk disebelah kanan Jinan, sementara Wishaka ada di kiri.

Pers Kampus 2.0✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang