9 : Please ... Dont Let Me Doubt About Us

2.5K 332 13
                                    

Kalau ditanya, apa dia tidak lelah seperti ini selama 7 bulan lamanya? dan dia jawab tidak, maka dia berbohong.

Kalau kalian penasaran, apakah dia tidak pernah ingin bicara? Maka tanpa perlu kalian tanya, tatapan Salwa sudah menyiratkannya.

Ingin sekali, di hari – hari tertentu Salwa menggandeng tangan itu dengan nyaman, bangga, tanpa perlu merasa takut akan pasang mata yang melihat. Tanpa perlu merasa gelisah akan respon yang didapat. Sayangnya, Salwa merasa hal itu masih jauh dalam jangkauannya.

Ia sejujurnya tidak pernah mengerti logika yang dipakai orang itu sampai harus menyembunyikan hubungan mereka.

Yang lain bisa dengan santai dan bangga menunjukan kedekatan mereka, bahkan saling memeluk di tengah hujan yang mengguyur sekre. Kenapa orang itu bahkan tak mau menatap matanya barang sedetik pun jika sudah di sekre?

Apa ia malu menjadi kekasih seorang Salwa Annata?

Sialnya, logika Salwa ditekan oleh perasaannya. Tatapan memabukan, sentuhan yang lembut dan pelukan yang hangat itu selalu bisa meluluhkan hatinya. Membuatnya tak bisa menolak untuk tetap diam atas hubungan mereka.

Salwa harus puas dengan kencan mereka di daerah lembang atau punclut yang jauh dari ramainya Kota Bandung. Bahkan mungkin sampai ke Dipatiukur bahkan seafood Setiabudi yang jauh dari kampusnya yang terletak di tengah kota.

Demi menghindari pasang mata yang dikenalnya memergoki Ia dan orang itu bersama.

"Kamu di mana?"

"Gak bisa jemput sku depan gerbang aja? Aku cape," lirih Salwa. Yang di seberang telfon terlihat berpikir. Biasanya, ia akan dijemput kalau sudah 1 Km jauh dari kampus. Tapi Salwa sedang tak memiliki tenaga sebanyak itu untuk pergi 1 Km jauhnya.

"Kalau kamu takut datang ke sini, aku naik ojek on—"

Aku ke sana-ucap suara itu di seberang sana.

Salwa menatap layar ponselnya. Seseorang dengan display name 'Keong' tertulis di sana.

Tak lama, sebuah motor berhenti di depannya. Helm fullface menutupi wajah orang itu. Tapi Salwa hafal sekali dengan helm merah maroon yang dikenakannya.

Tanpa perlu terlalu lama berbasa – basi, Salwa segera naik keboncengan, memasukan kedua tangannya pada saku jaket si pengendara motor, dan memeluk tubuh itu erat.

Hari ini Salwa lelah.

Lelah sekali menjawab pertanyaan orang – orang tentang statusnya. Tentang dia yang harus menyembunyikan perasaannya. Tentang dia yang harus berbohong tentang hubungannya.

Tentang dia yang tidak bisa—Salwa lelah dengan semuanya.

Pipi mahasiswi manajemen itu menempel pada pugung tegap yang dipeluknya dari belakang, matanya terlihat mulai berkaca – kaca. "Tolong, yakinin aku bahwa kamu emang sayang aku. Yakinin aku buat mertahanin hubungan kita."

Meski suara Salwa teredam gemuruh angin, tak ia pedulikan. Ia hanya ingin bicara, entah didengar atau tidak.

"Apa? Kenapa Sal?"

Tak ada jawaban dari Salwa. Ia hanya mengeratkan pelukannya pada tubuh besar dan tegap kekasihnya ini. Tubuh yang bahkan sulit Ia dekati kalau sudah ada di sekre.

Ia jadi benci sekre kalau sudah begini ceritanya. Tapi orang yang dipeluknya ini justru sangat tergila – gila dengan sekre berkarpet biru itu.



. . . . .




Salwa Annata

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Salwa Annata

Sekretaris Litbang 2019

Pers Kampus 2.0✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ