48 : Candy Crush

2.4K 387 158
                                    


Semenjak kejadian Thara pingsan, lalu ia memilih merelakan gadis itu, ah lebih tepatnya bukan merelakan melainkan gadis itu telah menetapkan pilihan dan ternyata dirinya tak terpilih. Sian mulai jarang ke sekre, bahkan malas sekali masuk sekre kalau tidak penting. Naasnya, kejadian Rara dan Jelita membuatnya harus pergi bolak – balik sekre dan rapat. Niatnya mau menghindari Thara dan Naresha sementara waktu, justru malah makin sering ketemu Naresha. Mereka sama – sama pimpinan departemen, jadi sulit untuk menghindari lelaki berlesung pipit itu.

Dia sih mencoba menghindar, Naresha nya bersikap seperti biasa, malah sesekali tahu – tahu membelikannya rokok—padahal Naresha tidak merokok—jadi cukup aneh dan menggelikan bagi Sian. Bahkan pernah suatu hari ia tidak tahan dengan sikap baik Naresha dan menyembur lelaki itu, dirinya malah terasa seperti sadboy diperlakukan seperti itu.

Ya. Meski memang benar sih dia sadboy.

Kaya sekarang, sambil jalan ke sekre, dia main cacing sendiri.

Sadboy banget kan?


"Mas Sian?"

Telinga Sian terasa geli begitu mendengar panggilan aneh yang memanggilnya, meski aneh tapi tidak terasa asing.

Setelah menoleh kesana kemari, Sian melihat ke arah kursi panjang di samping lorong, tak jauh dari pintu sekre yang ada di pojok lantai 2 gedung ormawa ini.

Seorang gadis tersenyum dan melambai lucu kepadanya, Sian sesaat terkejut, dia belum mati kan? Kok udah dipanggil malaikat?

Tapi kemudian ingat kejadian beberapa waktu lalu, saat dia dan Wira bertemu dengan Mina dan temannya.

" Mbak Sana?"

Gadis itu mengangguk senang, dari tadi dia menunggu di depan sekre seorang diri tanpa ada orang yang dikenalnya, syukurlah dia melihat Sian.

Lelaki itu mematikan game nya lalu menghampiri Sana, mereka pun duduk berdua di kursi.

"Ngapain di sini mbak?"

" Saudara saya ada yang punya urusan disini, katanya dia mau nganter saya ke sekre himpunan sastra Jepang, tapi urusannya belum selesai jadi saya nunggu."

Pimlit itu mengangguk faham, emang sih lantai dua kan tempatnya LKM, BEM, dan DAM Fakultas, jelas banyak urusannya, Himpunan yang ada di lantai tiga, terus Sana yang setahu dia dari Jepang, pasti belum hafal daerah sini.

"Emang mbak belum tahu daerah sini?"

"Belum Mas, Saya kan baru pindah dari Jepang sekitar sebulan, baru dua minggu ini juga kan mulai urus kepindahan kampus. Terus kata saudara saya dia mau nganter,"

"Saudara mbak orang Jepang dan kuliah disini juga?" gadis di samping Sian itu mengangguk.

"Mina?"

"Bukan, kalau Mina sih temen saya dari komunitas orang Jepang. Saudara saya mahasiswa baru mas. Udah sekitar setahun dia di sini, jadi lebih tahu dibanding Saya," jelas Sana.

Sian mengangguk mengerti, lalu kemudian dia mengeluarkan kembali ponselnya dan mulai membuka game cacingnya.

"Mas di sini ngapain?"

"Di sini sih rumah kedua saya Mbak. Saya pagi, siang sore kerjaannya di sini."

"Pasti Mas Aktivis kampus ya?"

"Yah, bisa dibilang begitu."

"Wahh keren" kagum Sana dengan wajah berbinarnya, Sian yang mendapatkan reaksi seperti itu mengangkat dagunya bangga. Tiba – tiba merasa keren.

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now