13 : Menjadi Asing

2.5K 427 40
                                    



Seseorang yang ada saat kamu memulai hari.

Hadir saat terlelap dari lelahnya dunia.

Mengerti tanpa butuh banyak kata, menghibur hanya dengan pelukannya.

Itu arti sosok Hanif Kenzi Syahreza bagi seorang Hanna Mustika Ratu.

Berawal dari masa putih biru, menjadi tetangga, berteman, akrab, nyaman, sampai tak bisa berpisah.

Kalau Hanna boleh jujur, Ia memilih kampus ini pun karena Hanif memilihnya. Ia memberanikan diri masuk, bergabung, dan bertahan di Pers Kampus pun karena hadirnya Hanif di sana.

Ia tak ingin Hanif sendirian, tak ingin lelaki itu terluka, tak ingin ada suatu hal yang ia tak tahu menyakiti lelaki itu. Hanna sangat menyayangi Hanif, lebih dari yang lelaki itu tahu.

Pemimpin Umum Pers Kampus itu, kehadirannya sangat penting bagi Hanna.

Hanna pikir, Ia dan Hanif tak akan pernah terpisahkan. Ia sudah membayangkan saat menikah nanti, rumah mereka akan bersebelahan. Anak mereka akan berteman seperti mereka. Bahkan Cucu mereka kelak akan jadi teman satu taman kanak – kanak.

Bukankah itu manis sekali?

Tapi pikiran Hanna buyar ketika Hanif berubah.

Ketika dia masak, Hanif tak lagi datang untuk mencoba dan menghabiskannya sampai tetes terakhir.

Ketika dia tak bisa tidur karena mati listrik, Hanif tidak lagi datang untuk menemaninya di sofa kamar sampai dirinya tertidur lelap.

Ketika Hanna mau pergi kemana pun, Hanif tidak lagi menarik tangannya untuk pergi bersama.

Hanif tidak lagi datang.

Hadirnya Hanif kini serasa tak ada.

Semenjak ada seorang gadis kecil yang masuk ke dalam cerita mereka, Hanif menjadi berbeda. Ia tidak selalu ada untuk Hanna lagi. Bahkan ketika mereka saling menyapa, saling bertukar suara, saling bercerita, perasaan itu sudah berbeda. Tak sama lagi seperti dulu.

Hanna merasa Hanif menjadi asing untuknya.

Hanna tidak suka.

Ia benci fakta itu.

"Kamu bisa jelasin apa yang kamu bilang ke Hanif sampai dia jadi berubah sama Teteh?"

"Maksud Teteh apa?"

Dengusan kasar terdengar dari Hanna, gadis di sebelahnya menatap tanya. Ia diajak Bendahara Umum ini ke parkir atas, katanya ada yang ingin dibicarakan. Jadi mereka berdua kini duduk di kursi kayu panjang lapuk Parkir Atas.

"Teteh langsung to the point aja ya. Kamu ngapain Hanif sampai jadi beda sama Teteh? Apa kamu ngomong sesuatu sama dia? Ngelarang dia deket sama Teteh?"

Gadis yang jauh lebih kecil dari Hanna itu terdiam. Ia merasa tertohok, tapi juga tak menerima ucapan Hanna itu.

"Apa maksud Teteh?" tanyanya sekali lagi.

"Jangan pura – pura gak ngerti. Teteh tahu pasti kamu ngerti maksud Teteh, Ayesha."

Hanna berbalik menghadap Ayesha yang ada di sampingnya. "Teteh sama Hanif udah kenal jauh lebih lama dibanding sama kamu. Kita itu udah lebih dari saudara. Teteh gak terima kamu bikin hubungan kita jadi kaya sekarang," ucapan Hanna terjeda sesaat, tapi kemudian kembali mahasiswi farmasi itu lanjutkan.

"Kalau gini caranya, lebih baik kamu jangan deketin Hanif lagi. Ja—"

"HANNA!" sentakan keras dan marah terdengar dari seberang mereka duduk.

Pers Kampus 2.0✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang