15 : I Wish

2.7K 403 33
                                    


Pandangan matanya hilang arah. Mengapung di antara keramaian, sendiri bersandar pada pohon tua di belakangnya. Kaki panjangnya terjulur ke depan sana tak peduli.

Padahal ia bukan tipe yang akan tak peduli di tengah ramainya aktifitas perkuliahan sepert ini.

"Hoy!"

Tepukan keras di depan wajah berhasil menyentaknya. Merenggut segenap kesadarannya ke alam nyata.

"Paper lu udah beres?" Yang ditanya menghela nafas.

"Tinggal dua lagi."

"Jadwal UAS Pidana, Politik Hukum, sama Kriminologi disatuin ya?" tanya orang di hadapannya yang lalu duduk bersedekap.

"Iya. Makanya, otak gue udah hampir mau gila," balas teman satu jurusan sekaligus angkatannya ini.

"Selang 5 menit doang lagi anjir ganti kelasnya. Sableng,"cibir yang bersedekap.

"Lu masih suka ke sekre Han?" tanya yang bersandar pada pohon tiba - tiba.

"Lumayan, ada kali terakhir kemaren lusa. Semenjak UAS gue jarang sih."

Yohan menarik kemeja putihnya lebih naik dari siku, kemudian menatap orang di hadapannya ini.

"Lu kenapa dari tahun baru gak ke sekre?"

Pertanyaan yang antara ditunggu, tapi takut untuk dijawab oleh orang di depan ini.

Thara sudah menyiapkan berbagai jawaban untuk menjawab pertanyaan ini, tapi pada akhirnya Ia... clueless.

"Gak tahu," geleng gadis itu lemas.

"Gue serasa hilang arah Han," lanjut Thara.

"Hilang arah gimana?" lelaki yang menumpu kedua tangannya ke belakang rerumputan itu bertanya bingung.

Thara bangun dari sandarannya, tak peduli pada kemeja putihnya yang mungkin saja kotor akibat bersandar pada pohon. Menatap Yohan dengan pandangan serius.

"Kita ini FH. Gak ada nyambung – nyambungnya banget sama Pers Kampus yang komunikasi dan jurnalistik. Gue juga gak ada niat jadi wartawan atau kaya Mata Najwa. Tapi gue ngerasa terlalu spend a lot of my time di Pers Kampus dibanding di Hukum, kuliah yang bakal jadi jalur yang gue ambil buat masa depan nanti."

"Gara – gara nilai UTS jeblok ya lu begini?"

Ah, ketahuan.

Gadis bermata kucing itu mengangguk lemah.

"Iya, gue ngerasa bersalah sama Mama. Nilai gue turun. Temen di angkatan dikit banget. Lu tahu gue susah bergaul? Ditambah sibuk PK gue makin susah aja bergaul."

"Tapi lu dapet banyak temen di Pers Kampus. Angkatan kita, angkatan atas, dapet bang Sian sama Naresha juga lu."

"Ck.. gak gitu maksud gue. Emang lu gak pengen gitu, kaya temen angkatan kita yang keliatan akrab banget? Lu gak ngerasa aneh Hukum masuk Pers Kampus?"

"Gue sih akrab – akrab aja tuh sama anak Fh18. Soal jurusan sama Pers Kampus sih, lebih gak nyambuh Teh Hanna, Bang Brian, Teh Salwa, Kang Siddiq, Bang Orion sama Bang Daniel kali. Lagian Kawen sama Bang Hanif jalan tuh tiga taun," jawab Yohan ringan,

Thara lupa, Yohan kan memang social butterfly. Gak kaya Thara yang kaya orang autism kalo mau bersosialisasi.

Hm. Iyasih. Yang lain bisa bertahan sejauh itu dengan jurusan yang jauh lebih gak nyambung. Tapi kenapa rasanya hanya Thara yang gak tahu harus gimana? Hidupnya sekarang serba nanggung dan kacau. Sampai bingung mau mulai dari mana dulu. Kuliah, Kerja part timenya, Keluarga dan Kesehatannya yang udah sering ambruk.

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now