3 : Jelousy, Photo

3.4K 494 34
                                    

"Shak-"

"Kita ributnya nanti aja."

"Oke."

Wishaka menghentikan Naresha yang sudah hendak berbicara begitu Pemimpin Redaksi itu melangkahkan kaki memasuki sekre. Naresha dan Jinan tampak biasa saja menanggapi Wishaka, hanya Hanif yang merasa aneh. Ribut bisa dinanti - nanti ya? Perasaan baru kemarin mereka seperti akan membunuh satu sama lain.

Sementara itu, Wishaka melangkahkan kakinya kea rah sofa dekat computer yang diduduki Kanaya. "Ay, Kamu kemaren di festival ketemu Satya?" pertanyaan yang mencoba tenang, namun terasa sekali sarat emosi.

Jinan melihat percakapan kedua sejoli itu, memperhatikan.

"Iya, aku kan udah cerita," jawab Kanaya tenang.

Wishaka memejamkan matanya, tangan kiri berpangku pada pinggulnya, sedangkan tangan kannaya meremat poni dan menyibakknya kebelakang. Kaki Wishaka bergerak gelisah dan tak beraturan. Berkali - kali lelaki itu menelan ludahnya sendiri susah payah.

Wishaka marah.

Jinan bisa merasakannya.

"Tapi kamu nggak bilang kaya gini?" Ponsel yang sedari tadi ditangan kirinya, ia perlihatkan pada Kanaya.

Helaan nafas terdengar dari mulut Ibu Redaktur, yang kemudian berdiri menghadap kekasihnya.

"Nan ..."

Jinan tahu apa yang harus dilakukannya ketika Wishaka atau Kanaya memanggilnya seperti itu. Jadi, Jinan segera membawa Hanif, Naresha, Dana, dan Ayesha keluar sekre, lalu menutup pintu sekre sedemikian rupa, dan member tanda bahaya.

Semacam papan peringatan.


WARNING!

DANGEROUS!


Anak Pers Kampus pasti paham.

"Aku udah cerita kemaren ketemu Satya. Terus apa yang jadi masalah?"

"Tapi kamu gak cerita kalau kamu sampe pegangan tangan kaya gini."


Sialan.


Kanaya ingin mengumpati siapapun yang memfotonya dengan Satya, dan memberikannya pada Wishaka. Kekasihnya itu sangat posesif dan pencemburu. Hal ini jelas bisa memicu perang antar keduanya.

Padahal dia hanya menikmati acara dan bersenang - senang bersama Satya. Anak public relation itu memang pernah mendekatinya, tapi Kanaya hanya menganggapnya teman satu fakultas. Tidak lebih. Jadi kenapa Wishaka harus semarah ini?

"Kamu marah?"

"Aku gak marah, tapi aku gak suka dan gak terima pacar aku kaya gini sama cowok lain. Apalagi aku tahu Satya itu siapa."

"Kamu marah liat foto aku sama Satya, padahal aku cuman lagi ikut acara festival aja. Nikmatin acara. Terus gimana sama aku, yang liat foto kamu sama Evelyn? Yang jelas - jelas kalian ambil dengan sengaja," balas Kanaya tak ingin kalah.

"Aku lagi ada project sama dia."

"Tapi itu foto di luar project. Kamu itu delegasi debat, dan dia cuman jadi tim manager. Harus foto kaya gitu?"

"Kanaya, jangan ngalihin pembicaraan. Aku lagi bahas kamu dan foto kamu sama Satya."

"Apa bedanya? Kita satu konteks sekarang."

Pers Kampus 2.0✔Where stories live. Discover now