Chapter 7

58.3K 6.6K 2.1K
                                    

Haloo... ada yang nunggu nggak sih? 😂 Maaf ya agak lamaan. Terima kasih banyak untuk vote dan komentarnya. Mohon koreksi kalau ada kalimat rancu atau typo 🙏🏻

Mulmed: Bukan Untukku - Rio Febrian



Happy Reading




You can try your hardest. You can do everything and say everything. But, sometimes, some people aren't worth trying over anymore. They aren't worth worrying about.
It's important to know when to let someone go when they're letting you down.

"Kamu bisa berusaha sekuat tenaga. Kamu bisa melakukan segalanya dan mengatakan semuanya.  Tapi, kadang-kadang, beberapa orang tidak pantas untuk dicoba lagi.
Mereka tidak layak untuk dikhawatirkan.
Penting untuk mengetahui kapan harus membiarkan seseorang pergi ketika mereka mengecewakanmu."




***
Mobil dilajukan dan mulai memasuki jalan raya menuju restoran. Allea tidak tahu ke arah mana Rion akan membawa ketiganya. Tapi, ia sangat berharap ia bisa menerjang ke luar dari sini dan ambruk di kamarnya. Mengesalkan. Ini menyakitkan sekali. Rasanya seperti dicekik, tetapi tidak ada yang bisa menolongmu untuk melonggarkan cengkeraman nyerinya.

Ia berusaha menutup mata. Lelah, memang begitulah keadaannya sekarang—walau telinganya tidak bisa menulikan diri dari obrolan keduanya.
Aroma dua orang dewasa di kursi depan semerbak harum—berbenturan di indra penciuman Allea. Mereka membicarakan tentang pertemuan pertama mereka enam tahun lalu di Amerika. Dan seolah dunia menyempit setiap tahunnya, mereka kembali dipertemukan lagi satu tahun lalu ketika Allea mengundang Rion datang untuk acara makan malam di perayaan ulang tahun ke tujuh belas dirinya. Mereka bertemu lagi karena dirinya. Atau, memang itu konspirasi semesta bahwa jodoh tak akan ke mana.

Lord... Tolong jangan seperti ini. Mereka tidak mungkin sudah sejauh itu.

Mengapa harus Sandra dan Rion? Dari bertriliun Manusia di Bumi, mengapa harus mereka yang ditakdirkan untuk menempatkan dirinya pada posisi yang tak diinginkan seperti sekarang.

"Kamu nggak apa-apa kan makan lewat dari jam delapan?" Rion bertanya pada Sandra—membuat Allea seperkian detik menahan napas.

Sandra menoleh, dia mengernyit dan tersenyum geli. "Ya nggak apa-apa. Memangnya bakal kenapa?"

Rion mengangkat bahu— balas tersenyum. "Cuma ingin memastikan. Aku pernah jalan sama beberapa temen perempuan, mereka nggak makan di atas jam delapan malam. You know, part of girls life, they said. Kamu Dokter cantik yang terkenal, dan harus membawakan acara juga setiap pagi di TV. Otomatis kamu sangat menjaga bentuk tubuh banget, kan? Aku nggak mau ajakan makan malam ini malah bikin kamu harus olahraga lebih ketat."

"Kita udah berapa kali makan di atas jam delapan, Rion?" Sandra tertawa sambil memukul bisep lengannya. "Kenapa baru sekarang ngomong gini? Khawatir kamu terlambat banget."

Allea yang sejak tadi tidak tidur walau sepasang matanya dipejamkan, akhirnya membuka mata. Dadanya terasa sesak, oh Tuhan, ini seperti siksaan tak kasat mata. Mereka tertawa, mengobrol, dan ia hanya bisa pasang telinga mendengarkan dengan nelangsa.

"Kalian ... sering makan malam bersama?" Ia bertanya, sangat pelan. Akhirnya tidak tahan juga untuk tetap bungkam.

Kekehan mereka terhenti, lalu mendeham canggung sambil dengan sekilas menoleh ke kursi belakang.

Chasing YouWhere stories live. Discover now