Chapter 47

109K 11.8K 11.5K
                                    

Haiii... masih pada nunggu? 🙌🏻 Maaf yaa baru bisa update 🙏🏻🥺

Baru selesai banget. Mohon koreksinya kalau ada typo atau kalimat rancu 🙏🏻



Happy Reading


Sebelum kita sejauh matahari
Aku ingat kita pernah sedekat nadi

Jika sekarang aku memilih pergi, aku lelah, hadirku tak pernah dihargai



***
Nyaris menyentuh ke angka tengah malam, mobil Tomy dan istrinya telah bergerak keluar dari pelataran parkir lebih dulu. Menuruti keinginan Olivia untuk pulang cepat, anak kandungnya sendiri yang masih terbaring lemah di atas brankar Rumah Sakit ditinggalkan. Diiringi ucapan selamat tinggal paling tulus dari Allea, langkahnya dengan tegak membelakangi. Tomy benar-benar pulang bersama kebahagiaannya sendiri tanpa tahu kalau putrinya sedang berjuang antara hidup dan mati.

Sementara Inggrid dan Kevin masih berdiri di depan mobil, memerhatikan Rion dan Sandra yang baru keluar dari lobi—sedang berjalan menuju ke arah mereka. Semula mereka berniat ikut menunggu di Rumah Sakit, tetapi Allea menitahkan pulang sebab tidak ingin membuat kedua orang tua Inggrid maupun Kevin khawatir. Allea selalu tidak ingin merepotkan siapa pun—tak pernah sekalipun mengeluhkan bagaimana berantakan hidupnya saat ini. Dia selalu tampak ceria, memasang senyum paling lebar di hadapan mereka semua. Tidak pernah ada yang tahu pasti, luka sebesar apa yang sedang ditutupinya saat ini.

"Mereka sangat serasi—enggak bisa gue pungkiri," gumam Inggrid, sambil mendesah lemas mengingat nasib sahabatnya. "Kenapa mereka harus sesempurna itu, Vin?"

"Sampah yang dibungkus dengan baik sama tas Dior," tekan Kevin, dengan jakun turun naik. Untuk sekadar menelan saliva saja rasanya ia kesulitan. "Kadang dunia enggak adil ya, Git. Allea yang berjuang selama belasan tahun untuk mendapatkan Rion, akhirnya kalah oleh perempuan yang bahkan enggak perlu repot-repot untuk berjuang sehari pun hanya karena fisiknya dianggap lebih sempurna oleh semua orang. Lebih pintar, dan lebih segalanya. Apa dilahirkan dengan fisik biasa aja dan kecerdasan ala kadarnya adalah sebuah dosa?"

Inggrid menoleh pada Kevin, "Bukannya memang begitu cara dunia bekerja?"

Kevin tersenyum miris, "Kemudahan akan didapat jika lo sempurna dan memiliki fisik yang mempesona. Gue mual banget, sumpah, dengan fakta semua orang menutup mata kalau Allea itu berharga juga. Kenapa mereka hanya bisa menilai kekurangan dia, padahal jika mau sedikit aja berusaha mengenal, Allea punya banyak sekali kelebihan. Paling tidak di mata gue, dia ... sosok tanpa cela. Dia sempurna."

Inggrid hanya bisa menatap Kevin dalam diam, mendengarkan.

"Gue bahkan sempat minder untuk mengajak dia pacaran. Gue takut buat dia kecewa, gue takut enggak bisa membahagiakan dia, dan gue takut ... malah merusak persahabatan kita bertiga."

"Kalau sahabatan sama gue rusak enggak masalah ya?" Inggrid menggumam sangat pelan—nyaris tidak terdengar. "Kita pacaran sekarang—jika lo lupa. Hehe."

Inggrid sudah tahu kalau Kevin menyukai Allea dari dulu, sehingga ketika dia mengatakan semua itu, ia sudah biasa saja. Toh, dari awal Kevin sudah menegaskan dia tidak ingin merusak persahabatan di antara mereka, dan sekarang malah memilih menepi untuk memulai hubungan baru dengannya. Kevin merelakan Allea bersama cinta pertamanya, asalkan dia bahagia. Dia terlalu mencintai gadis itu—dan Inggrid tidak memiliki kuasa lebih untuk memprotes rasa yang dipendam Kevin terhadapnya.

Lucu, bagaimana lingkaran rumit percintaan ini berjalan. Inggrid mencintai Kevin, sementara Kevin mencintai Allea. Di sisi lain, Allea sangat mencintai Rion, tetapi lelaki itu sudah melabuhkan hatinya pada Sandra.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang