Chapter 31

104K 9.6K 4.2K
                                    

Haiii... mana yang masih nunggu? 🤭🤭

Mohon koreksi kalau ada typo 🙏🏻

Warning 21+! Mohon kebijakannya saat membaca ^^




Happy Reading



***
Denting waktu terus bergerak, sementara semua penghuni lain telah terlelap pulas—kecuali Rion dan Allea yang dipeluk oleh gairah brutal nan menyakitkan.

Tidak satu pun di antara mereka yang mengeluarkan suara, membiarkan setiap sentuhan lah yang menjawab segala emosi yang selama ini bersarang di kepala. Luapan amarah, kecewa, dan kehancuran, menjadi satu bongkahan besar yang meleburkan seluruh dinding pembatas hubungan keduanya yang selalu diikrarkan tidak lebih dari ikatan Adik dan Kakak saja.

Hancur, dan benar-benar tidak bersisa. Tidak ada Kakak yang meniduri adiknya, dan Rion ... kini melakukannya.

Tubuh keduanya masih saling menyatu, diiringi desah napas mereka yang saling beradu. Butir keringat menyebar di seluruh tubuh atletis Rion, belum berhenti menggerakkan pinggulnya yang dientakkan semakin dalam pada diri Allea.

Gadis itu membuang muka ke samping, kedua matanya terpejam rapat dengan bibir yang digigit kuat-kuat untuk meredamkan erangan ketika dia terus memompa seperti orang kesetanan. Seluruhnya, tubuh tinggi dan kuat Rion mendominasi tubuh Allea yang pasrah dan sudah tak berdaya.

Milik Rion yang diliputi urat-urat, tercengkeram erat dalam diri Allea, seakan mengoyak liar dan menyesakkan. Setiap kali bisep otot tubuhnya bergerak, seolah sanggup mematahkan tulang Allea dengan begitu mudah.

Perlahan, Rion melepaskan dua tangan Allea yang semula terus dikunci di atas kepalanya—menyisakan beberapa luka kuku di punggung tangan Rion yang ditekankan kencang oleh gadis itu setiap kali titik terjauh Allea digapainya.

Rion merenggangkan kedua paha Allea lebih lebar, saat gelungan semakin hebat menenggelamkan dirinya ke titik kenikmatan yang tidak mampu dijelaskan oleh sepatah kata pun kalimat. Pinggang langsing Allea dicengkeram, dimaju-mundurkan tak berjeda hingga entakkan demi entakkan suara percintaan mereka memecah heningnya suasana kamar.

Desah napas Rion semakin memburu kasar, pun dengan Allea yang kian tersengal kewalahan. Dua tangannya yang bergetar, terangkat, mencengkeram punggung lelaki yang terus memompa tanpa ampun di atasnya—mengalirkan rintihan pelan yang tidak sanggup lagi ia bungkam. Setiap kuku jemari Allea saling tertancap, semakin kuat dan kian menguat begitu Rion terus mempercepat tempo pompaannya hingga ranjang berderit hebat.

Habis. Tubuhnya telah diluluh-lantakkan sampai Allea tidak sanggup lagi untuk mengendalikan.

Allea mengerang terputus-putus—segera digigitnya kembali bibirnya kuat-kuat ketika rasa pedih dan sensasi asing itu terus bergerak liar pada miliknya yang terasa sesak. Semakin dalam, dan kian tenggelam. Segalanya kesulitan diuraikan. Tidak ada kata yang cukup mampu menjelaskan seberapa gila tubuh mereka berguncang. Lelaki itu seperti anjing gila yang akhirnya menemukan sumber makanan setelah sekian lama kelaparan.

Sisi Rion yang begitu dominan, nyaris tidak sama sekali dikenali Allea. Dia ... menakutkan.

Sesekali kepala Rion akan mendongak, napasnya memburu cepat, dengan rahang yang mengetat disertai bibir yang terus mengumpat. "Fuck, Allea, fuck!" didorong, dihujamkan, sampai setiap inci kejantanannya memenuhi milik Allea yang ketat.

Satu tangan Allea meremas rambut Rion yang telah basah oleh keringat—kuat sekali—tetapi tidak diindahkan olehnya dan tetap membiarkan Allea melakukan apa pun pada tubuhnya selama penyatuan.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang