Chapter 46

93.6K 11.7K 8.9K
                                    

Haiii.... maaf baru bisa update jam segini 🥺🥺Adakah yang masih menunggu? 🙌🏻

Ini 5200 kata. Kalau belum ketemu kata TBC, artinya punya kalian kepotong ya. Silakan direfresh.

Belum sempat edit, mohon koreksinya kalau ada typo atau kalimat rancu 🙏🏻






Happy Reading




***
Debar jantung Allea menyentak semakin keras tatkala tubuh tinggi Dokter Verel yang selama dua bulan ini merawatnya kini berdiri tepat di hadapannya. Ditambah, kehadiran beliau ke sini datang bersama dua sosok penabur luka terbaiknya—Sandra dan Rion. Ketiganya hadir tanpa diduga, padahal tidak satu pun dari mereka yang ia undang. Mereka sepertinya diberikan akses khusus tamu VIP oleh pihak penyelenggara acara sehingga bisa dengan mudah masuk ke dalam area biasa kru TV dan bintang tamu datang tanpa perlu berdesakkan dengan penonton lain.

Keluarga Xander selalu punya tempat istimewa di mana pun mereka berada—itu tidak perlu diragukan. Bahkan beberapa orang petinggi acara yang tidak sengaja berpapasan akan menyapa dengan sangat ramah kehadiran Rion di sana. Tentu saja, sapaan tak kalah hangat diberikan pada Sandra juga—yang dikenal seluruh negeri ini sebagai pasangannya.

"Allea, bagaimana kabarmu hari ini?" lembut, pertanyaan dari Dokter Verel teralun tenang. "Saya tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini."

Allea mengerjap gugup, mengatur napas agar tetap terkendali. "Dokter, Anda ... di sini juga," satu helaan langkah mundur diambilnya, ia deg-degan setengah mati. "Saya juga tidak menyangka. Sudah lama sekali ya kita ... tidak bertemu." Padahal baru kemarin.

Sementara kembali, beliau mengikiskan jarak lebih dekat. Satu tangan Dokter Verel terangkat dan mendarat di kepala Allea, menepuk-nepuk puncaknya yang tidak luput dari perhatian ke empat dari mereka, termasuk Kevin dan Inggrid.

Mereka sudah saling mengenal cukup lama, bahkan sejak Allea masih kecil sehingga hubungan antara keduanya bisa dibilang sangat baik. Ayah dari Dokter Verel juga lah yang merawat ibunya selama proses pengobatan berlangsung hingga sampai di detik mendiang sang Ibu mengembuskan napas terakhir.

"Ganteng, Le, siapa?" Inggrid membisik, sambil menatap turun-naik lelaki 36 tahun itu. "Gebetan baru lo ya? Putih bersih. Adem lihatnya."

"Brondong oke, om-om juga sikat!" pekik Kevin sambil menjentikan ibu jari. "Sahabat gue emang terbaik. Laku di semua kalangan, banyak banget yang suka. Emang harus gini, jangan kayak perempuan enggak laku yang mepet-mepet satu lelaki doang padahal jelas-jelas dia udah punya pasangan. Cih, memalukan! Buat apa cantik wajah kalau kelakuan busuk kek sampah?"

Diberikan anggukan setuju oleh Inggrid, keduanya saling bertos ria tanpa peduli ada hati yang tergores getir mendengar nyinyiran tajamnya.

"Benar begitu, teman-teman?" Kevin menyeringai ke arah Sandra. "Enggak semua hal itu harus dinilai dari fisik dan penampilan luar aja. Jangan tolol lah, apa enggak pusing ngurusin this superficial thingy mulu?"

Rion mendengar jelas, dan langsung menciptakan raut mendung di wajahnya. Ia harus menjawab sapaan beberapa orang, tetapi telinganya tetap fokus pada Allea yang sedang berhadapan dengan Verel setelah Inggrid menegaskan tentang fisik Dokter itu. Sialnya, sekarang Rion jadi memerhatikan juga. Mereka tidak bergerak dari tempat yang sama, saling berpandangan tanpa peduli sekitar. Bahkan pertanyaan yang sedari tadi ia lontarkan masih juga belum mendapatkan sahutan. Benar-benar menyebalkan!

Tidak berbeda jauh dengan Sandra. Ia melayangkan lirikan jengkel pada Kevin—tahu betul ucapan itu ditujukan untuk dirinya. Sepertinya benar, ia memang harus membiasakan diri menebalkan telinga, dan sungguh, ini tidak masalah selama Rion bisa tetap ada di sampingnya. Mereka hanya bocah SMA yang tidak mengerti apa-apa, tetapi begitu banyak omong.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang