Chapter 44

75.1K 10.6K 4.9K
                                    

Haiii... maaf banget baru sempat update 🙏🏻 Enggak kerasa, udah 10 harian aja aku nggak update 🤕🤕 Maaf yaaa...

Semoga kalian sehat selalu ❤️❤️

Info ya kalau kalian dapat notif atau nggak. Jika error lagi kyk kmren, part ini akan aku unpublish ulang.





Happy Reading



***
Gelegak ketegangan di antara mereka masih menguar hebat. Tidak peduli sekitar, keduanya saling berpandangan tajam di tengah koridor Rumah Sakit dan mulai menjadi pusat perhatian banyak orang. Kedua tangan terkepal—sama-sama dilahap habis oleh amarah—tetapi masih berusaha ditekankan sehingga napas keduanya lah yang memburu cepat untuk menahan gebuan emosi yang kian menjadi-jadi.

Sea juga tidak ingin keributan terjadi di sana sehingga satu tangan suaminya yang terkepal kuat segera digenggamnya. Ia tahu persis bagaimana Rigel saat dia berada di ambang kesabaran. Saat dia mulai mengamuk, dia akan seperti orang hilang kewarasan. Sifat slengean, petakilan, seketika terkubur total oleh amarah yang tak berbeda jauh dari setan. Sea bahkan bisa melihat dua lengan Rion yang baru saja ditekan Rigel tampak begitu merah. Padahal itu hanya entakkan kecil untuk melepaskan diri dari cengkeraman.

Di malam London pulang ke rumah dengan luka sobek di sudut bibir, jika Sea tidak menahan, hanya Tuhan yang tahu akan seperti apa keadaan mereka sekarang. Rigel langsung bergegas ke mobil tanpa banyak berpikir dengan raut yang siap menerkam lawan. Dia begitu murka melihat keadaan putra pertamanya yang tampak menyedihkan. Rigel sudah memendam kekesalan sejak sepuluh hari lalu. Dan sekarang, malah dipertemukan di sini dan dalam keadaan ini. Jelas mudah sekali menyulut emosinya. Keduanya hebat dalam beladiri, memikirkannya saja membuat Sea ngeri. Ia tidak ingin hubungan persaudaraan mereka jadi semakin rusak. Dari dulu, mereka tidak pernah benar-benar akur. Setiap kali dipertemukan, ada saja yang keduanya ributkan hingga membuat Lovely kewalahan melerai. Umur mereka yang sudah kepala tiga seolah bukan jadi penghalang untuk terus bersikap kekanakan sampai sekarang.

Sementara di sisi lain, tidak bisa dibohongi, jantung Rion pun seakan baru saja mencelos ke perut setelah mendengar ancaman Rigel yang tak terlihat main-main. Semua orang sudah tahu, segila apa Kakaknya. Dia manusia paling nekat dan tidak takut pada aturan apa pun. Iblis saja minder jika harus disandingkan dengan kelakuannya. Meski seringai jenaka tidak pernah pudar di bibir Rigel, tetapi keseriusan dari setiap kalimat yang terlontar sudah mampu membuat Rion benar-benar terdiam. Otaknya tidak bisa memikirkan apa pun. Blank—dan ... takut.

Dia Rigel...

Yang mengatakannya adalah si Setan Rigel.

Tapi, bukankah memang sampai detik ini ia juga tidak memiliki perasaan apa-apa pada Allea? Mengapa harus takut? Pada akhirnya, Rion harus melepaskan perempuan kecilnya setelah kelahiran buah hati mereka. Dan lagi ... gadis itu juga sudah tidak mencintainya. Selama sepuluh hari terakhir ini pernikahan mereka tak ubahnya seperti benda mati yang dari kedua sisi saling membelakangi. Allea begitu sulit dijangkau, keduanya sibuk dengan dunianya sendiri. Mereka tidak banyak berbicara, dan Rion pun berusaha untuk tidak ketergantungan pada Allea. Fokusnya kini pada Sandra, sebab dia lah yang kini paling membutuhkannya.

Hanya ... tidak sekarang. Rion bahkan tidak bisa membayangkan harus kehilangan Allea dan melepaskan dia bersama lelaki mana pun—kecuali dia berhasil melangkahi mayatnya.

"Dan lo belum tahu bisa segila apa adik lo ini, Rigel," Rion mulai bisa membalas, meski detak jantungnya bertaluan lebih cepat dari biasanya. "Sebelum gue yang melepaskan Allea, enggak akan pernah ada yang bisa mengambil dia dari tangan gue. Lo, ataupun anak lo yang masih bocah itu. Ke ujung dunia sekalipun, selama dia milik gue, maka dia enggak akan pernah bisa melarikan diri. Camkan itu!"

Chasing YouWhere stories live. Discover now