Chapter 45

78.6K 10.6K 4.9K
                                    

Haiii... siapa yang masih nunggu? 🙌🏻🙌🏻 Maaf yaa baru bisa update ❤️ Sehat selalu buat kaliann

Mohon koreksi kalau ada typo atau kalimat rancu🙏🏻




Happy Reading


***
Keadaan Rion sangat kacau setelah bersitegang cukup panas dengan Kakaknya beberapa saat lalu. Titik darah mengotori kemeja yang dikenakannya dan kini sudah terlihat kusut di beberapa bagian. Rambutnya yang semula tertata rapi, sekarang sudah tidak lagi beraturan. Perkelahian antar saudara itu memang tidak pernah main-main sampai membuat semua orang ngeri melihatnya—bahkan untuk sekadar bantu melerai saja mereka tidak bisa. Sementara untuk tim keamanan, semuanya ditempatkan di lobi, sehingga sebelum mereka datang setelah dipanggil oleh para medis untuk coba melerai, pertengkaran itu sudah selesai. Lebih tepatnya, Rigel yang mengakhiri dan istrinya segera membawa dia pergi setelah hantaman telak dilayangkan ke arah wajah Rion.

Tidak ada yang berani mendekat. Di samping mereka berdua datang dari kalangan terpandang, keduanya juga terlihat sama kuat dan sama hebat dalam beladiri. Siapa yang tidak mengenal Keluarga Xander? Di Rumah Sakit ini saja seringkali menjadi donatur, sedangkan di televisi banyak sekali kabar tentang kesuksesan perusahaan mereka.

Setelah dipermalukan oleh Rigel dan kosong di tempat yang sama selama beberapa saat, Rion menggendong tubuh Sandra kembali ke kursi roda. Dalam diam, mereka meninggalkan keramaian. Banyak sekali yang khawatir dan menawarkan bantuan, tetapi ditolak oleh satu gelengan samar. Keramahan Rion yang biasanya selalu terjaga pada siapa saja, hilang entah ke mana. Dia begitu dingin.

Di dalam mobil, hening yang sama masih mengudara. Sepanjang perjalanan, Rion lebih banyak diam dan hanya fokus ke depan. Sesekali, tangan itu akan mencengkeram setir kemudi kuat-kuat, rahangnya mengetat, lantas membuang muka ke samping. Deru napasnya terdengar jelas, tampak sekali lingkupan amarah masih menguasai. Sobek di bibir tidak sama sekali diobati, dan seolah tidak merasakan nyeri sejak tadi, luka itu terabaikan padahal cukup parah. Dia hanya menyeka darah yang terus mengalir menggunakan tisu, lantas mengajak Sandra berangkat ke Yayasan Kanker Anak untuk merayakan sepuluh tahun terbentuknya tempat yang biasa disebut Rumah Singgah oleh mereka. Sandra sebagai Relawan Medis, dan Xander Group adalah donatur tetap setiap bulannya.

Kebisuan Rion masih dibiarkan Sandra. Ia tahu pasti banyak hal yang kini bersarang di kepalanya sehingga ia memilih diam sampai Rion benar-benar tenang. Meski begitu, Rion terlihat sangat seksi. Sisi gelapnya yang seperti ini teramat baru bagi Sandra. Berantakan dan tidak mengenal batasan. Sungguh bukan Rion sekali. Dia benar-benar lost control, hanya karena ocehan Rigel yang tak berdasar. Padahal sebelumnya, Rion adalah sosok tenang dan dewasa. Hidupnya tidak pernah melenceng. Dia pengambil keputusan terbaik dalam perusahaan besar keluarganya. Tetapi beberapa bulan ini, Sandra malah dikenalkan pada kepribadian yang tidak pernah ia tahu. Aneh, melihat dia bisa babak-belur terus menerus ketika dihadapkan pada hal-hal tidak penting untuk diributkan. Tentang Allea contohnya.

Lelaki itu meraih ponsel, lantas memasang satu airpods ke telinganya—dengan pandangan tetap serius ke depan. Setiap gerakan Rion masih tak luput dari perhatian Sandra, ia memerhatikan sampai akhirnya dia berbicara pada seseorang di seberang sana.

"Bereskan semua ponsel yang memvideokan keributanku bersama si brengsek Rigel di Rumah Sakit. Jangan sampai bocor keluar, bagaimanapun caranya. Jika ada yang terlewat dan sudah tersebar ke media, pastikan situsnya diblokir secara total."

"Maaf, Pak, Rumah Sakit apa?"

"Pelita. Dan ..." Dia tampak menahan kalimatnya, tangan yang dilingkupi urat-urat itu sekali lagi mencengkeran setir kemudi semakin kuat. "Kirim data lengkap P18. Semuanya, tanpa terkecuali!"

Chasing YouWhere stories live. Discover now