Chapter 35

104K 10.1K 5.9K
                                    

Haiii... angkat tangan yang masih nunggu? 🙌🏻 Selamat hari minggu semuanya, enggak kerasa udah seminggu aja 🥺 Berasa baru kemaren banget loh.

Chapter ini 5,400 kata, panjang yaa. Mohon koreksi kalau ada typo, itu akan sangat membantu untuk perbaikan di versi cetaknya 🙏🏻



Happy Reading




***
Allea menunduk, air mata langsung jatuh ketika mendengar Rion mengatakannya dengan lantang. Dia bersedia bertanggung jawab, tanpa ada nada keraguan sedikit pun dari suaranya. Dia memegang kata-kata yang pernah diikrarkan satu bulan lalu bahwa tidak akan pergi ke mana pun jika sesuatu terjadi padanya. Terbukti. Rion memang mengakui, dan tanpa ada penyangkalan sama sekali.

Tapi ... mengapa semuanya terasa tak benar? Sakit sekali. Sungguh, Allea tidak pernah meminta dengan cara seperti ini mereka bisa bersama. Rasanya bukan seperti ini isi doa-doa Allea pada Tuhan untuk disatukan dengan cinta pertamanya.

Bukan seperti ini seharusnya...

Allea tahu janin tak berdosa yang kini dikandung adalah berkat dariNya. Tetapi, mengapa harus menitipkan di saat tubuhnya sendiri kesulitan untuk bertahan?

PLAK...

Suara tamparan kembali terdengar, Sea lagi-lagi tersulut emosi. "Bertanggung jawab katamu? Lalu, bagaimana dengan masa depannya, Ri? Kamu pikir mengurus seorang anak adalah kewajiban mudah?!"

"Lalu, aku harus bagaimana?!" Rion yang semula tenang, akhirnya meninggikan suara. "Aku menginginkan Allea lebih banyak dari perkiraanku, Sea, dan dia sedang mengandung darah dagingku. Aku tidak meminta persetujuan dari siapa pun, karena aku akan menikahi Allea dengan atau tanpa persetujuan kalian!"

"Lea baru delapan belas tahun. Gadis yang kamu rusak itu masih duduk di bangku SMA!" hardik Sea tajam. "Kamu baru saja menghancurkan masa depannya, Rion. Apa kamu sadar?!"

Sea jarang sekali berbicara sebanyak itu. Dia sangat jarang mau ikut campur dengan urusan orang lain. Tetapi, rasa kecewanya pada Rion dan sakit hatinya atas apa yang terjadi pada Allea, membuat amarah sudah terlalu sulit untuk dikendalikan. Gadis kecil itu tidak pantas mendapatkan semua ini. Dia terlalu riang untuk dihancurkan dengan cara sekeji ini.

"Iya, aku tahu," gumam Rion tak kalah tajam. Matanya memerah, dia terlihat marah. Rion bangkit dari duduknya—saling berhadapan dengan Sea yang langsung dicegah Rigel agar berhenti mendekati istrinya.

Rion sudah tidak terlihat seperti Rion. Raut hangat dan tak berdosa itu, entah ke mana perginya. Dia seperti lelaki yang berbeda.

Rigel mencengkeram kerah kemeja Rion, memberi peringatan agar tidak kembali maju. "Lo enggak akan berharap gue menghajar muka lo juga. Back off, Yon, back off. I warned you!"

"Selalu kata-kata yang sama dari kalian—masa depan Allea ini dan itu. Aku tidak cukup baik untuknya karena aku sudah terlalu tua, sedang dia masih terlampau muda? Iya, kan?!" sentak Rion, sambil menepis tangan Rigel dengan kasar. "Apalagi? Pedofil...? Katakan sekarang, apa lagi?!"

"Brengsek!"

BUGG

Rigel mendaratkan satu tonjokkan di pipi Rion, kesal ketika dia terus membentak istrinya. "Berhenti bicara lantang dengan istri gue. Gue tetap menahan diri untuk enggak menghajar lo sampai sekarat, tapi jangan menunggu gue lebih marah dari ini!"

Mati rasa, Rion tidak lagi merasakan apa-apa. Wajahnya sudah babak-belur, ujung bibirnya sobek, dan darah kental di hidungnya mengalir. Tapi, masih tanpa gentar, ia kembali maju, meraih kerah kemeja Rigel dan mencengkeramnya kuat-kuat dengan sorot mata yang seakan siap menerkam lawan.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang