Chapter 34

99.6K 9.7K 6.7K
                                    

Haiii... akhirnya satu minggu pas bisa update lagii 🤭 Masih setia menunggu? Part ini hampir 6 ribu kata, makanya agak lumayan mumet bikinnya 😂 Kalau ada typo, mohon koreksi yaa 🙌🏻 Dan jika kamu belum ketemu kata TBC di akhir chapter, artinya punyamu kepotong. Silakan direfresh 👌🏻👌🏻


Mulmed: Mengapa Kita #Terlanjur Mencinta - Lyodra

Sumpah, wajib dengerin lagunya. Pas banget dengan apa yang dirasakan Allea. Ada tiga versi, tinggal disesuaikan dgn selera masing-masing aja 💃💃




Happy Reading

Bertahan sulit, pergi jauh lebih sakit.
Faktanya, meninggalkan tidak pernah sesederhana itu. Beritahu aku bagaimana caranya melupakan tanpa lebih banyak meninggalkan luka? Ini tidak mudah. Ajari aku caranya untuk melupakan. Ajari aku cara untuk melepaskan. Dan jika bertahan adalah salah satu pilihan, ajari aku bagaimana caranya agar segalanya tidak lagi terasa menyakitkan.


***
Rion masuk ke dalam kamar mandi, menghampiri Allea dengan cepat yang tengah berada di depan closet duduk—memuntahkan semua isi perutnya sampai yang tersisa hanya cairan bening saja. Tetapi, rasa mual hebat masih juga belum reda. Perutnya serasa diperas-peras, nyeri sekali.

Rion ikut berjongkok di sebelahnya, memijit pelan tengkuk Allea, seraya mengusap turun-naik punggungnya. "Kamu ada salah makan apa? Mau ke Dokter? Ayo, aku antar, mumpung masih jam segini."

Allea menggeleng, menolak ajakan Rion sambil menutup hidungnya. "Kamu pake parfum apa sih?" protes Allea, menjauhkan kepala. "Enggak enak banget baunya!"

Sejak kemarin, Allea memang sudah merasa tidak enak badan, apalagi di pagi hari. Ia sengaja menggunakan masker, karena aroma masakan malah tercium begitu menyengat saat membantu Lovely dan para pelayan di dapur untuk membuat makan malam. Ditambah, aroma dari tubuh Rion kian memperparah gejolak mual di perutnya. Allea juga bingung, tidak biasanya.

Rion mencium aroma tubuhnya sendiri, seraya menautkan alis heran. "Parfum biasa yang aku pake. Memang bau apa?" Ia memastikan sekali lagi, tetapi tubuhnya tidak beraroma apa pun kecuali harum parfum yang masih menempel tajam. "Masih wangi, sini deh kamu cium sendiri,"

Allea mendorong dada Rion, meringis. "Serius, Kak, aromanya enggak enak banget."

Tanpa pikir panjang, Rion membuka kausnya—sampai ia cek lagi aroma yang dihasilkan dari kaus itu, tetapi hasilnya tetap sama. Tubuhnya masih wangi, dan tidak ada bau aneh apa pun sama sekali. Lagipula selama ia hidup, rasanya ia tidak pernah mendapatkan protesan karena bau badan. Bahkan saat berkeringat banyak sekalipun ia tidak pernah menghasilkan aroma tidak sedap. Apalagi sampai membuat indra penciuman orang lain terganggu.

"Saraf hidung kamu ada yang konslet kali. Ini beneran masih harum, Allea, dan aku enggak ada ganti parfum. Dulu kamu selalu suka aromaku yang ini loh. Pernah kamu sampe enggak dicuci bajunya saking suka wanginya setelah kupeluk, iya kan?"

"Aku enggak suka lagi baunya sekarang!" tandas Allea kesal. Ia ingat kejadian itu, sebab ia sendiri lah yang mengatakannya.

Rion tersenyum geli, mengiyakan saja. "Iya, iya, nanti aku ganti parfum."

Allea merasa agak mendingan setelah Rion membuka bajunya. Tapi masalahnya, sekarang dia malah bertelanjang dada sehingga Allea memilih sedikit bergeser yang terus diikuti Rion dengan tetap mendempetkan tubuh keduanya.

"Minggir, aku beneran enggak enak badan, Kak!"

"Memangnya aku mau ngapain? Aku sangat merindukan kamu, tapi enggak mungkin juga aku melakukan hal lebih dari ciuman seperti ini," sambil mendaratkan kecupan pelan di pipi Allea, "banyak orang, Allea, aku tahu kamu enggak akan senang dengan ide itu."

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang