Chapter 14

60.3K 7K 2.1K
                                    

Haii... agak maleman ya updatenya? 🤭 Ini baru kelar banget, jadi kl ada typo, tolong koreksinya yaaa ❤️

Sekali lagi, stay safe and stay healthy untuk kalian semuaaaa 😘😘






Happy Reading


"Perubahan tidak pernah mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Perubahan tidak pernah mudah. Kamu berjuang untung bertahan, dan kamu berjuang untuk melepaskan."




***
Allea menarik selimut, ketika rasa dingin yang teramat sangat seakan tengah mengoyak seluruh tulangnya. Tangannya gemetar, dan bibirnya yang pucat mulai meracau tidak jelas dengan sepasang mata yang rapat terpejam.

"Nggak boleh sakit, Allea, nggak boleh sakit!" rapalnya frustasi sambil mencengkeram erat-erat selimutnya.

Allea mengecek suhu tubuhnya sendiri yang sudah sangat naik, sambil terus berusaha mengenyahkan rasa dingin yang menembus kulit. Dari ujung kepala sampai kaki, tubuhnya dibungkus oleh selimut tebal. Dan sialnya, tidak berpengaruh sama sekali.

Ia beneran demam. Seluruh sendinya terasa sakit sekarang. Hampir pukul dua dini hari, semua orang pasti sudah terlelap damai.

Dengan sisa kekuatan yang Allea punya, ia meraih botol yang diletakkan Rion di atas nakas dan meneguknya banyak-banyak, lalu meminum dua obat demam sekaligus berharap bisa segera menurunkan. Tenggorokannya terasa kering, dan suhu tubuhnya serasa dibakar. Namun, kondisinya sekarang malah menggigil kedinginan—seperti tengah berada di tengah salju tanpa pakaian.

Air putih yang diteguk kandas dengan mudah, dan masih belum mampu menghilangkan rasa hausnya sehingga Allea berusaha bangkit dari ranjang untuk mengambil lagi di dapur.

Suasana ruangan yang begitu besar nan mewah itu sepi. Tidak ada siapa pun di sana yang masih terjaga. Beberapa lampu terang telah digantikan dengan yang lebih redup—menemani tubuh Allea yang tertatih menuju dispenser yang diletakkan di dekat meja bar.

Dan hanya beberapa langkah lagi, tubuh Allea menyerah—ambruk. Kakinya begitu lemas, ia perlu pertolongan. Cukup lama di posisi duduk di lantai, Allea mengatur napasnya, berpegangan pada kaki meja dan mencoba kembali lagi berdiri.

Keringat dingin bersarang di dahi, dan wajahnya semakin pucat pasi. Deruan napasnya semakin terdengar berat, Allea mulai tidak memiliki kekuatan untuk bergerak.

Bodoh. Tidak seharusnya ia mandi pada tengah malam, padahal imun tubuhnya tidak sekuat orang-orang. Ia mudah sakit, apalagi satu minggu ini pikirannya tidak pernah benar-benar rileks.

Mata Allea berkunang-kunang, tetapi tetap menyeret langkah ke dekat meja bar. Ia mengisi botol, meneguk sampai habis lagi agar ia tidak dehidrasi. Dan dirasa tidak cukup membantu, Allea berjalan ke arah tangga, ia perlu bantuan Sandra. Seluruh tubuhnya menggigil, dan Sandra adalah Dokter yang hebat—bagaimanapun juga.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang