Chapter 29

72.3K 9K 3.5K
                                    

Haii... masih setia nunggu setelah satu minggu? Maaf ya, momen lebaran soalnya, pengin benar-benar dinikmati kebersamaannya dengan keluarga ☺️ Sekali lagi, mohon maaf lahir dan batin 🙏🏻 Bahagia selalu buat kalian dan tetap menjaga kewarasan di tengah pandemi ini 💜 Semoga segalanya lekas membaik.

Mulmed: This Must be Love - Taeyeon ft Sunny




Happy Reading

Mengapa selalu aku yang disalahkan?
Mengapa aku lagi yang dijadikan sasaran kebencian orang-orang? Mengapa harus aku yang selalu dijatuhkan? Menyentuh bahagia pun tidak.
Tetapi, mengapa aku yang dijadikan mereka kambing hitam?



***
Rion kesulitan mengumpulkan kesadaran atas momen pahit yang diterimanya. Ia menatap kemeja yang dilemparkan oleh Natalie ke lantai, diikuti kepergiannya setelah mengeluarkan untaian kalimat kasar. Ia benar-benar tidak menyangka ibu dan anak itu akan mengantarkan kemeja yang dibelinya minggu lalu ke kamar ini. Padahal kemeja itu sudah lama dibiarkan tetap di mobil.

Keributan terdengar dari bawah, dan Rion tahu suara siapa yang menyebabkannya. Natalie terdengar murka. Rion bisa membayangkan sebingung apa keluarganya mendengar ungkapan kekecewaan yang terlontar tanpa jeda. Pertunangan yang berjalan kurang dari dua jam itu hancur. Cincin yang teronggok di sudut ruangan, sudah cukup menegaskan kalau Sandra memutuskan untuk meninggalkan dirinya—sebelum ia bisa menjelaskan apa-apa.

Dan semua itu ... gara-gara Allea. Dia penyebab utama kehancuran hubungan mereka.

Allea masih terpekur kosong di lantai, kepalanya yang begitu sakit disandarkan pada lemari di belakangnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Lea?" Rion bertanya dingin, matanya masih tidak sanggup menatap gadis itu. Ia marah. Benar-benar marah.

Dengan tatapan sayu, Allea mendongak. Sungguh, ia tidak bermaksud mengacaukan pertunangan mereka. Ciuman yang ia berikan adalah bentuk dari rasa frustasi atas permintaan Rion yang ingin segalanya kembali seperti semula. Sementara segala hal telah berubah—menandaskan keduanya pun sudah tidak sama. Cinta sepihak yang dulu selalu membuatnya bahagia, kini berubah jadi begitu menyakitkan. Cinta yang ia pikir akan terbalas, sampai akhir tetap hanya ia yang merasakan. Kedekatan mereka cuma akan membuat Allea lebih berantakan. Ia pun ingin menata hidupnya, tidak melulu berpusat pada Rion dan Rion saja.

Allea hanya ingin membuktikan kalau ia sudah tidak bisa dianggap sebagai adik saja. Karena ia mencintainya, ia tidak bisa melihat Rion bagian dari keluarganya. Allea ingin Rion mengerti, kalau ia sangat tersakiti dengan keadaan ini. Sebentar saja, ia ingin sembuh dulu sebelum kembali padanya dan bisa menganggapnya sebagai 'Kakak' sesuai yang diinginkannya.

Bukan sama sekali niatnya untuk menghancurkan hubungan mereka. Bukan. Tapi, siapa yang akan percaya?

"Hal yang kamu lakukan barusan benar-benar licik!" desis Rion, tatapan sarat kecewa mulai terarah padanya. "Apa ini rencanamu?"

"Apa...?" sahut Allea—dengan pandangan yang kian memburam.

Alkohol sialan! Mengapa ia malah menenggaknya? Ia benar-benar tidak berdaya sekarang.

"Menghancurkan hubungan kami," Rion menghardik pelan. "Apa ini rencanamu? Apa ini alasan mengapa kamu lah yang mengantarkan kemejaku ke sini?"

"Untuk apa? Aku hanya disuruh—"

"Kamu tahu pasti apa jawabannya!" kesalnya. "Dan sungguh, aku nggak ingin percaya ini. Tapi, ini menjijikkan. Kamu tidak seharusnya melakukan hal ini, Allea."

Chasing YouWhere stories live. Discover now