Chapter 24

76.6K 9K 4.2K
                                    

Hai kaliann... masih nunggu? 🙈🙈 Maaf Ncan baru nongol 🥺 Semoga kalian sehat selalu ya 💜

Mohon koreksi kalau ada typo 🙏🏻  Part ini panjang, 4300 kata 🤭🤭

Mulmed: Two People - Park Janghyun


Happy Reading

Maafkan aku yang tidak lagi sanggup untuk menyapamu seperti dulu.
Bukannya aku lupa, apalagi membencimu.
Aku hanya sedang membatasi diri, bagaimana caranya agar tidak jatuh lagi.




***
London langsung menghampiri Allea begitu gadis itu muncul dari arah kamar mandi diselimuti wajah putih pucatnya yang tampak lesu. Gambaran nyata seorang Allea ketika tidak ada siapa pun di sekitarnya. Dia selalu tampak menyedihkan. Bahkan sampai ia berada tepat di hadapannya, Allea masih belum menyadari kehadiran London. Dia terlihat kosong. Entah berada di alam mana pikirannya.

"You okay?" tanyanya khawatir, seraya meremas pelan bahu Allea, lalu menatap ke arah belakang punggungnya—di mana Rion masih tak bergerak di tempat dengan tatapan kuyu yang terarah lurus pada keduanya.

Allea agak terlonjak, melihat London tiba-tiba sudah ada di depan pintu kaca koridor penghubung menuju kamar mandi. "Eh, Casper, kok kamu ke sini?" Ia nyengir kuda, memupuskan raut muram. "Maaf, nunggu lama ya? Sori banget! Poop-nya tadi susah banget dikeluarin."

"Bukan itu pertanyaanku, dan jangan memasang senyum palsu di depanku," katanya serius. "Are you okay?" ulangnya, penuh penekanan.

Allea mengangguk pelan, menyunggingkan senyum menenangkan. "Memang apa yang akan terjadi, Casper? Tidak ada. I'm totally fine, it's okay."

"You're not, Allea," telunjuknya ditekuk, membelai pipi tirus Allea. "Kamu terlihat pucat."

"Aku mual. Mungkin bayi kita sudah mulai tumbuh di perutku," sambil mengusap-usap perut ratanya. "Papa, baby Paris lapar lagi. Nyari makanan lagi yuk, setelah ini?"

London cuma menggeleng, wajahnya masih tertata datar—seolah tabiat konyol Allea sudah sangat dimakluminya. Belaian pipi, menjadi toyoran geli pada keningnya. Gadis ini benar-benar tidak tertolong. Dia selalu tahu caranya bagaimana menutupi kesedihan.

Allea tertawa renyah, sambil menyeret lengan London ke arah dalam—meninggalkan Rion yang kian terpaku di tempatnya saat kelakar Allea cukup mampu membekukan seluruh tubuhnya.

"Sejak kapan kamu menungguku di sini?" Allea mengalihkan pembicaraan, mereka berjalan pelan sambil menatapi setiap helaan langkah kaki menuju Butik.

"Sejak tadi."

Allea tersenyum samar, seraya mengembuskan napas pelan. "Rasanya menyenangkan ditunggui oleh seseorang seperti itu."

"Aku khawatir."

Allea mengerjap-ngerjap, sambil menatap London yang tetap memasang wajah tanpa ekspresinya dengan satu tangan yang berada di saku celana. "Aku lupa, kapan terakhir kali dikhawatirkan." Diselingi kekehan garingnya.

"Sekarang aku ingatkan, biar kamu nggak lupa."

Lagi-lagi, Allea cuma bisa memasang senyum, kemudian menunduk lagi. "Thank you. It means alot."

"Aku bisa jadi orang yang selalu mengkhawatirkanmu, jika kamu izinkan."

Langkah Allea terhenti, mendongak terkejut untuk menatap wajah lelaki yang satu tahun lebih muda darinya itu. London begitu pendiam. Mendengarnya bicara saja sudah seperti keajaiban dunia, dan sekarang malah berkata semanis itu.

Chasing YouOnde histórias criam vida. Descubra agora