bad boy's effect •• taeyong x jennie [tamat]

20. dua sisi

Hari sudah hampir malam saat Taeyong membawa Jennie makan di salah satu warung kesukaannya. Sebenarnya tak ada yang menarik dari menu yang disajikan. Hanya saja pemandangan disana yang membuat tempat ini istimewa. Apalagi tak banyak orang yang tahu, sehingga suasana menjadi tenang.

"Mau makan apa?" Taeyong bertanya.

Jennie terlihat memilih - milih menu sebelum menunjuk ke satu titik. "Nasi goreng aja deh."

"Minumnya?"

"Es teh manis."

Mengangguk mengerti Taeyong memesan makanan. Sedangkan Jennie berjalan menuju tempat duduk yang berhadapan langsung dengan pemandangan dibawah.

Benar kata Taeyong, ia tak menyesal mengikuti lelaki itu makan. Sekarang Jennie disuguhi penampakan pohon - pohon hijau dan tebing. Belum lagi warna langit yang kini mulai berubah jingga. Indah banget. Memang tempat ini berada di perbukitan sehingga perjalanan menuju kesini sedikit menanjak.

"Bagus kan." Taeyong berujar lalu duduk disamping Jennie.

"Kok bisa tahu tempat kayak gini?" Jennie penasaran.

"Bisa lah. Ini belum seberapa. Gue punya banyak tempat rahasia yang lebih bagus dari ini."

"Serius?" Jennie terlihat penasaran.

"Iya, mau gue bawa kesana?"

"Mauuu." Jawab Jennie excited. Berharap bahwa Taeyong mau membawanya.

"Oke, nanti kita kesana." Taeyong sudah gemes sendiri tanpa sadar mengacak rambut Jennie. Membuat gadis itu terkejut juga kecanggungan antar keduanya.

Hingga pelayan datang mengantarkan makanan, barulah suasana kembali cair. Taeyong memakan lahap bakso yang ia pesan. Sedangkan Jennie juga memakan nasi goreng.

"Gue kalo lagi bosen idup suka datang kesini." Taeyong kembali bersuara. Ga enak diam - diam seperti tadi. Apalagi suasana ini jarang terjadi. Dimana ia bisa leluasa mengobrol dengan Jennie. Jadi tak akan di sia - siakan.

"Kak Taeyong pernah bosen idup?" Sisi penasaran Jennie kembali. Tak menyangka orang disebelahnya yang terkenal berandalan ini pernah merasakan hal tersebut. Ia kira dengan tawuran dan balapan membuat Taeyong hidup.

Terkekeh sebentar, Taeyong menoleh kearah Jennie. "Setiap orang pasti ngelewatin masa itu Jennie."

"Terus." Ia ingin mendengar lebih lanjut cerita Taeyong.

"Lo boleh aja ngelihat gue sering tawuran, balapan, dan sebagainya. Tapi itu semua cuma sebagai pelarian dari satu hal."

"Apa?"

"Ada. Kok gue jadi curhat gini." Ia jadi ngerasa bego udah nyeritain masalah hidup ke Jennie yang bukan siapa - siapa. Nambah - nambah beban pikiran gadis itu saja.