🍁Satu

873 78 15
                                    

Kim Sowon, sekretaris pribadi dari pemilik perusahaan properti keluarga Choi.

Gadis berparas cantik dengan tubuh ideal, memiliki kaki jenjang dan tingkat kepintaran yang berada di atas rata-rata.

Berasal dari keluarga sederhana yang mengajarkan kegigihan, kerja keras dan kepintaran harus dibarengi dengan sopan santun agar mampu bersaing dengan orang di dunia kerja yang sebenarnya.

Ia mengingat kembali sesi wawancara nya tiga bulan yang lalu.

Konon katanya melamar sebagai sekretaris pemilik perusahaan itu akan susah, apalagi langsung di wawancarai oleh Choi Seungcheol sendiri.

Kini Sowon mengerti mengapa beliau sendiri yang melakukan wawancara tersebut.

Lelaki itu terlalu merepotkan sebagai seorang atasan.

Siapapun sekretaris nya, tidak akan ada yang betah.

Sekretaris sebelum Sowon meminta berhenti setelah bekerja 6 bulan dan malah meminta untuk dijadikan istri saja.

Tentu saja Seungcheol hanya tertawa mendecih.

Apalagi kalau gadis itu bukan termasuk tipe keibuan yang ia sukai?

Sowon yang kini tengah berada didalam taksi menuju rumah atasannya itu hanya bisa menghela nafas.

Bagaimana bisa seorang petinggi perusahaan melupakan dokumen penting untuk kerja sama dengan perusahaan lain?

Apalagi hari ini adalah hari persetujuan penyerahan dokumen itu.

Untung saja dia cepat menyadari barang itu tidak berada bersama nya.

"Ada tepat diatas meja kerja ku," pesannya tadi.

Kalau ia sudah sadar benda itu ketinggalan harusnya ia membalikkan mobil nya dan mengambilnya kan?

"Aku buka tipe yang akan kembali ke masa lalu."

Bukan itu maksudnya.

Bos gila.

Gadis itu membungkuk kepada yang membukakan pintu, seorang bibi paruh baya yang dipercaya sebagai penjaga rumah.

"Saya mau mengambil dokumen bos yang ketinggalan," ucapnya sembari tersenyum.

"Ahh tadi tuan muda sudah menelepon. Silahkan masuk,"

Rumah yang mewah, cocok untuk citra seorang Choi Seungcheol sebagai seorang pemilik perusahaan properti.

Perabotan dirumahnya bukan main. Bercak emas berada dimana-mana.

Berbeda dengan kamar tidur nya yang rapi, ruang kerja nya bagai kapal Titanic yang sudah karam berserakan di dasar laut.

Gadis itu kembali menghela nafas lalu memutuskan untuk menelfon atasannya itu.

"Kenapa? Tidak ketemu rumah nya? Rumah ku pokoknya yang paling besar, yang paling putih dan banyak tanaman nya."

Ia lalu menutup teleponnya.

Bukan pertama kali diperlakukan seperti ini, gadis itu sudah kebal, tidak bisa merasa kesal terhadap atasannya itu.

Untuk kedua kali nya ia berusaha meneleponnya lagi, sembari mencari dokumen yang diinginkan diatas meja kerja yang berantakkan.

Entah kertas apa saja yang berada disana, yang membuat bingung adalah banyak kertas yang berisi baik halaman depan maupun belakang.

Bukan maksudnya tidak baik mendaur ulang kertas seperti itu, hanya saja ia harus pisahkan dokumen penting dengan kertas daur ulang kan?

Sedikit saja keliru maka dokumen penting akan terbuang oleh bos nya yang tidak teliti itu.

✔Perfecto [CSC]Where stories live. Discover now