🍁Empat puluh tujuh

318 58 11
                                    

"Sowon, tolong letakkan di meja makan ya,"

Gadis itu hanya mengangguk menerima sodoran piring berisi lauk lezat dari ibu nya.

Paman kemarin datang lagi setelah beberapa hari.

Berkata mengenai ingin mengenal Sowon lebih dalam lagi sebelum dikenalkan dengan putra nya.

"Sebenarnya aku bingung kau sedang menilai putri ku untuk putra mu atau untuk dirimu sendiri," canda ayah Sowon.

"Tentu saja menilai apakah putra ku cocok untuk diberikan kepada Sowon,"

Kemudian keduanya kembali tertawa khas pria paruh baya.

Yang Sowon dengar, putra nya sibuk bekerja, makanya paman itu menyebutkan kata kerja keras.

Tapi apa harus sampai paman yang ke rumah nya sendirian setelah beberapa kali berkunjung?

"Wah, apa kali ini Sowon yang masak?"

Gadis itu langsung menolehkan kepalanya, masih berfikir apa yang harus ia jawab.

"Tidak, Sowon ku kurang pintar dalam memasak, masih harus belajar banyak dari ibunya,"

Sowon hanya mengangguk pasrah, sebuah kedok kembali dibuka oleh ayah nya lagi.

Apa ayahnya tidak takut kalau paman itu tidak jadi menjodohkan Sowon kepada anak nya?

Buktinya saja ia sudah datang untuk ketiga kalinya, tanpa putra nya yang selalu ia bangga kan.

Sowon jadi curiga.

"Belajar masak itu tidak harus, istri ku juga jarang masak untuk ku," balas si paman.

"Kalian yang dari kota pasti sering makan di luar. Tapi makanan rumahan adalah kebanggan kami yang dari kota kecil yang harus diturunkan ke anak,"

Paman hanya mengangguk.

"Tapi aku benar-benar tidak mempermasalahkan soal memasak, Sowon sudah terlalu sempurna untuk anak ku,"

"Jadi maksudnya kau tidak jadi menjodohkan anak mu untuk Sowon kami?" todong ibu yang membuat Sowon menyenggol tangan ibu nya pelan.

Paman hanya tertawa.

"Sowon sedang bekerja sebagai apa?"

Apa ia harus menjawab sebagai sekretaris? Lalu bagaimana kalau ia ditanya dimana perusahaan ia bekerja?

"Sekretaris pribadi di sebuah perusahaan perabot,"

Paman hanya mengangguk, "Jadi sekarang sedang cuti untuk menemani ayah?"

Ia hanya mengangguk pelan, takut akan ditanyakan yang lain.

"Sowon sendiri, apa sudah pernah berkencan sebelumnya?"

Dengan polos nya ia mengangguk, membuat ketiga orang tua itu serempak bertanya, "Dengan siapa?"

Berhasil membuat Sowon menerjap sebentar.

"Dengan teman di kampus dulu. Sudah sangat lama,"

Sebuah jawaban yang kembali membuat paman tertawa.

"Masa kuliah adalah masa kejayaan seorang, semua pasti akan berkencan saat itu,"

Lain dengan ayahnya yang malah menautkan alis, "Ayah tidak pernah tahu?"

Disusul oleh sang ibu, "Ibu juga?"

Membuat Sowon menundukkan kepalanya, "Tidak ada hal bagus yang bisa diceritakan,"

Ah, jadi teringat dengan Kim Seokjin dan istri nya. Juga tiga anak nya.

Ah, jadi teringat nona Nayoung dengan anak tuan Choi.

✔Perfecto [CSC]Where stories live. Discover now