08. Mr. Keny

2.7K 1K 145
                                    

Sudah empat hari ini mereka masuk sekolah setelah liburan tahun baru, itu artinya seleksi calon paskibra akan diadakan sepuluh hari mendatang.

Agat, Dito, dan Oscar mereka telah keluar dari rumah, siap berangkat sekolah dengan mobil pribadinya.

Hanya Galan dan Rino yang berangkat sekolah jalan kaki. Mengarungi jalanan kota dengan sepatu lapuknya.

Mereka tidak pernah gengsi sedikit pun soal itu, yang terpenting bagi mereka adalah bisa sekolah. Itu saja.

"Sepatumu itu sudah berapa tahun, Lan?" Rino tidak sengaja melirik sepatu Galan yang memang terlihat tidak layak pakai.

"Lima tahun ini." Galan menjawab pendek. "Biarlah, inti dari sekolah itu untuk belajar—bukan bergaya."

Rino memangut-mangut, kagum dengan temannya satu ini. Tidak sedikitpun malu dalam benaknya.

"Luar biasa," ujar Rino seraya tersenyum kagum.

Jarak mereka tinggal puluhan meter lagi dari sekolah. Galan tidak bicara sedikitpun, matanya sejak tadi lekat dengan buku.

Lagi-lagi Rino dibuat salut dengannya, setiap Galan berangkat atau pulang sekolah, di jalan pun Galan masih sempat baca, walaupun ia di abaikan begitu saja.

Nun jauh di sana, gerbang sekolah terlihat ramai oleh motor-mobil yang mulai berdatangan.

Memang ini sekolah favorite jadi tidak heran kalau anak-anak yang belajar disini dari kalangan atas, terkecuali mereka berdua.

Saat mereka melewati gerbang, tidak jarang teman-teman yang naik mobil mengumpat, "dasar gembel!" Sambil melepar sampah ke arah mereka.

Itu sudah biasa.

Pernah satu kali wajah mereka dilempar kulit pisang, tepat mengenai wajah Rino.

Seketika wajah Rino berubah masam. Dengan penuh emosi, Rino berteriak kalap. "Sini kalian kalau berani!"

Tapi apa yang terjadi? mereka malah tertawa lepas melihat Rino berteriak marah.

***

Bel sudah berbunyi sejak tadi, pelajaran pertama telah usai.

Kini mereka memasuki pelajaran kedua, dan setelah itu istirahat.

Banyak pelajaran yang mereka tidak sukai, seperti pelajaran sekarang. Dan mungkin kalian juga tidak menyukainya.

Pelajaran itu adalah matematika.

Entah gurunya yang kurang lihai menjelaskan, atau memang matematikanya yang memang sulit. Yang jelas, banyak yang tidak menyukainya.

Setelah pelajaran Al-jabar waktu SMP, di susul teori pythagoras, dan kawan-kawannya. Semakin ke sini matematika semakin menjadi-jadi. Membuat otak-otak manusia ini ingin meledak.

Yang paham ya, akan semakin paham. Yang tidak paham, hanya bisa menyimak sambil meratapi nilai merah di rapornya.

Mereka yang duduk di SMA sekarang mungkin salah satu keajaiban, bisa lulus dari jeratan Al-jabar dan pythagoras.

Namun, itu belum selesai, akan ada yang lebih menakutkan di SMA.

Mr. Keny—selaku guru matematika di kelas ini. Ia selalu saja membuat semua murid deg-degan dengan pelajarannya.

Setiap membuat soal, ia akan menyuruh muridnya ke depan untuk mengerjakan.

Tangannya selalu menunjuk siapa saja yang dikehendakinya, secara acak.

Hal itu menjadikan semua muridnya selalu waspada.

Mr. Keny sendiri masih lajang, dengan wajah yang lumayan tampan dan kaca mata bulat, membuat sebagian murid terpikat.

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon