04. Laboratorium Kimia.

4.2K 1.2K 125
                                    

Pelajaran pertama langsung diisi ujian praktek Kimia di laboratorium. Galan dan lainnya bergerak masuk, mengekori Pak Riem.

Beberapa siswi bersorak senang ketika mendengar akan masuk ke laboratorium. Akhirnya kejenuhan di dalam kelas tergantikan.

Laboratorium di sini cukup besar, peralatannya pun memadai, dari segala aspek tidak ada yang kurang. Botol-botol dalam bentuk lonjong, bulat, semuanya ada.

Di jam pertama, Laboratorium diisi kelas X1 IPA A-dengan Pak Riem sebagai pemandu sekaligus pengajar.

Seluruh murid mengenakan jas khusus laboratorium, kaca mata, dan sarung tangan pelindung. Semua itu berguna untuk melindungi diri dari kemungkinan cipratan bahan kimia.

"Baiklah anak-anak, mari kita coba bereksperimen hari ini."

Pak Riem dan penjaga laboratorium sudah menyiapkan semuanya, botol-botol tertata rapi di meja putih---yang telah dibagi enam kelompok.

"Tentukan posisi kelompok kalian."

Sebelumnya mereka telah dibagi perkelompok, satu kelompok lima orang. Jadi tenang saja, semua itu sudah terkoordinir dengan baik.

Sebetulnya Galan tidak terlalu suka dengan pelajaran satu ini, ia lebih suka biologi. Yah, kalian tahulah---biologi paling mudah dari yang lain.

Namun, dengan perpaduan satu kelompok kepintaran teman-temannya---pemilik predikat lima besar---semua itu bisa diatasi.

"Kita ambil bagian depan," tunjuk Tania, salah satu dari kelompok Galan-dengan semangat.

Galan mengangguk, menyetujuinya.

"Baiklah kawan-kawan, waktunya bereksperimen," sambut Agat, menepuk yang lain---agar mengikutinya.

Agat, Galan, Tania dan dua orang lainnya mendekati salah satu meja. Di depannya botol-botol experimen berbentuk apapun ada.

"Tania, tolong gabungkan larutan asam ke cairan fenol." Galan menyuruh Tania untuk menggabungkan cairannya. Timnya mulai bertindak. "Hati-hati," lanjutnya.

Begitu cairan itu tercampur, refleks satu kelompok Galan menutup hidung---cairan fenol ini meski tak berwarna tapi punya bau khas.

Memang tidak menyengat, hanya saja---takutnya berbahaya buat pernafasan.

"Lanjut ... Gat, kau ambil cairan alkoholnya." kali ini Tania menyuruh Agat. "Tuangkan perlahan. Jangan semuanya."

Tania beringsut, di gantikan oleh Agat. Ia masih berdiri memastikan bahwa ramuannya tepat.

Setelah botol menunjukan 95℅, Tania menghentikan gerakan tangan Agat.

"Sekarang, giliran kalian berdua." Galan menyikut dua orang dari mereka tanpa meneloh ke samping.

"Woi! Jangan bengong!" Agat yang mengetahui kalau mereka melamun sontak berseru menegur.

"Eh, giliran kami?" Mereka terkesiap bersamaan.

"Hm," Agat ber-hm pelan. Menyingkir---bergantian dengan yang lain.

Selagi dua ada yang mengambil alih, Galan dan Agat berkeliling melihat kelompok lain. Ada yang wajahnya gusar, khawatir jika tiba-tiba eksperimennya malah meledak. Ada juga yang berdebat karena salah meletakkan bahan. Bermacam-macam usaha mereka.

"Dito, nyalakan api spiritusnya." Dari ke lima orang ini, Tanialah yang jago dalam hal kimia. Jadi tidak heran kalau sejak tadi Tania yang paling sibuk.

"Kau Jery, didihkan cairan yang tadi sudah dicampur---ke lampu spritus itu."

Jery bergegas mengikuti petunjuk Tania dengan gesit, ia tidak mau ada kesalahan sedikit saja di praktek ini.

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Where stories live. Discover now