59. Debat Proker

1K 549 16
                                    

Di depan seluruh penduduk sekolah, seorang gadis yang bertugas menjadi moderator tengah berdiri. Ia memperkenalkan identitas diri, membuka acara, lalu memperkenalkan anggota setiap kubu-yang sebetulnya sangat menguras waktu.

Juga kelihatan sekali kalau moderator ini kewalahan menyebutkan nama-nama mereka. Bagaimana tidak, dari semua calon-kurang lebih ada tiga puluh enam nama yang harus disebut.

Masing-masing kubu membawa delapan belas orang, dua sebagai Ketua-Wakil, yang lainnya adalah anggota.

"Kenapa tidak dipangkas saja? Acara penyebutan nama-nama ini hanya membuat waktu kita terbuang," gerutu Oscar.

Tidak ada yang menanggapi gerutuan Oscar, semua diam. Sedang merangkai kata-kata yang tepat untuk disampaikan di depan sana.

Setelah kelu menyebutkan semua nama, moderator memberikan kekuasaan mimbar kepada Rey untuk memperkenalkan dirinya juga visi misinya.

Dalam sambutan, Rey berkali-kali membentangkan tangan-seakan ingin merangkul semua hadirin untuk memilihnya. Ia melontarkan ucapan penuh janji dengan menaburkan lawakan garing, yang tidak sedikitpun membuat audiens tergerak hatinya untuk tertawa. Sangat garing. Galan dan Raka hanya tersenyum miring, mereka tengah menyimak kebodohan yang dilakukan lawannya. Pidatonya tidak lebih dari sekedar lelucon yang tidak lucu. Tidak bisa menyakinkan jiwa pemimpin sama sekali. Caranya berbicara pun sangat terlihat kalau Rey sedang mengulur waktu.

Lima menit berlalu, Rey turun. Podium dilempar ke kubu sebelah-yang mana, Raka-lah sebagai kepalanya. Ini belum masuk ke perdebatan. Kedua tim tengah memperkenalkan visi misi mereka sekaligus sambutan terbaik dari setiap kepala.

Hal yang sudah jelas Raka lakukan untuk pertama kalinya adalah menyapu seluruh audiens. Itu sudah pasti. Pemimpin mana pun ketika dihadapkan di depan umum tentu hal itulah yang dilakukan. Setelah itu, menyapa hadirin, basa-basi sejenak untuk menghangatkan suasana. Barulah mengambil semua hati.

Sepanjang waktu, Raka membicarakan hal yang berbobot. Tentang ide brilian dari tim, lalu gambaran kecil tentang langkah-langkah mereka jika terpilih. Dan dia, akan menerima semua masukan dari seluruh penduduk sekolah-jika hal itu bisa memajukan sekolah ini.

"Kita menyebutnya dengan Super-Visi dan Super-Misi. Istilah visi dan misi yang telah di upgrade ini-nantinya diharapkan dapat memberikan perubahan besar bagi sekolah." Raka menjelaskan. Ia juga mengakui bahwa ide itu bukanlah serta Merta dari dirinya. Salah satu anggotanya yang mengusulkan Super-Visi dan Super-Misi itu.

Raka Kemudian menyebutkan isi dari Super-Visi dan Super-Misinya satu persatu, menerangkan secara detail maksud dan tujuannya.

Waktu habis, Raka turun dari podium. Mimbar yang tadinya hanya satu, kini ditambah satu lagi. Menjadi dua.

Ketika Raka turun-ia memandangi timnya, tersenyum kecil-menyerahkan kendali kampanye ini kepada mereka.

Moderator mulai memanggil anggota kedua kubu untuk maju. Mereka maju perbidang, berhadapan dengan bagian yang sama. Jika bidangnya pendidikan-maka akan berhadapan dengan bidang pendidikan juga.

Ini adalah sesi dimana mereka menunjukkan program kerja dalam waktu lima menit. Jika mereka bisa menjelaskannya dengan singkat, maka waktu yang tersisa bisa dibuat untuk menyangkal pendapat lawan.

Perkenalan program kerja ini suatu hal yang harus ada dalam pemilihan OSIS, dan sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu. Akan tetapi, balik lagi ke sekolah-apakah sekolah mengadakan perkenalan proker? Sebab, setiap sekolah punya cara tersendiri untuk memperkenalkan calon OSIS mereka.

Seperti halnya pemilu Presiden, pemilu OSIS ini tidak jauh berbeda. Hanya saja, berbeda kekuasaan.

"Bagaimana cara mengoptimalkan kinerja Anda jika terpilih sebagai menteri pendidikan (OSIS bagian pendidikan)?" Moderator melontarkan pertanyaan.

"Jika saya jadi Mentri pendidikan, saya akan membuat progres tentang 'Sinergi Berprestasi'. Salah satu programnya adalah menemukan bakat yang ada dalam diri seseorang. Lalu menumbuhkan minat baca. Dimana minat baca ini diharapkan agar generasi bangsay harus bisa lebih baik lewat dunia pendidikan." Salah satu perwakilan dari tim Raka menjawab.

"Saya kurang setuju dengan pendapat Anda, kita tidak bisa memaksakan kehendak. Semua orang berhak menentukan apa yang dia mau, jika dia sukanya dibidang olahraga-apakah harus dipaksa untuk jadi kutu buku?"

Selalu saja, perwakilan dari tim Rey mengacaukan pendapat orang. Belum mengeluarkan pendapat, sudah menyangkal pendapat lawan. Walhasil, moderator jadi salah kaprah. Padahal, 'kan sudah berkali-kali diberitahukan kalau sebelum menyangkal harus memberikan idenya terlebih dahulu!

Jika ini di dalam permainan sepak bola, pastilah tim Rey sudah mendapatkan kartu merah sejak tadi.

Di atas panggung, suasana semakin memanas, adu mulut antara dua kubu tak bisa dielakkan. Satu-satunya pendingin, ya moderator. Pendingin sekaligus penengah.

Apalagi ketika Oscar dan Dito maju, jika tidak ditengahi moderator-mereka hampir saja baku hantam diatas panggung. Cuma gara-gara perbedaan pendapat mengenai bersih-bersih sekolah. Lucu bin aneh.

"Seluruh area sekolah dibersihkan setiap pagi hari setelah subuh, semua murid wajib membersihkan!" salah satu perwakilan dari tim Rey memberi programnya.

"Hei, yang benar saja, setiap subuh harus berangkat ke sekolah!" balas Oscar.

Moderator termangu. Apa yang sedang mereka perdebatkan? Nyaris saja ia kehilangan kesabaran. Ini adalah forum mengemukakan ide, kenapa jadi perdebatan sengit?

Setiap kandidat diberi waktu lima menit untuk memberikan argumennya. Namun, tidak sedikit dari mereka-justru membuat penerang singkat-agar bisa menyangkal program kerja lawan. Selalu kontra, membuat jengah moderator.

Alhasil, dari kedua calon tidak benar-benar mengacu ke perkenalan program kerja masing-masing. Hanya perdebatan yang tidak bermutu yang mereka peroleh.

Para audien, hanya menonton---sesekali bertepuk tangan jika ada program kerja yang mereka sukai. Juga tidak jarang dari mereka ber-huhu-tidak suka dengan program kerja yang diangkat kubu tertentu.

Karena waktu sudah menginjak jam 12:00 dan Pak Arman juga sudah meng-kodenya agar bisa diselesaikan lebih cepat lagi. Ferdy segera menemui moderator, berbisik kecil-lalu bertanya, "apakah sudah maju semua?"

"Belum, masih dua orang yang belum maju."

Ferdy segera menyambut microphone yang dipegang moderator. Mengambil panggung.

"Baiklah, semua harap tenang!"

Ferdy turun tangan, menghentikan seruan-seruan yang membuat bising ruangan. Karena ruangan ini pengap, jadi suara mereka hanya memantul-mantul tidak jelas.

"Disebabkan waktu hampir habis, maka kita percepat kampanye ini," ucap Ferdy.

"Kalian belum lihat program andalan mereka bukan? Kalau begitu, sekaranglah waktunya! Kita simak program andalan mereka!"

"Inilah pa-mung-kas!"

"Galan Anugerah, Agatha legiustman!"

"Kepada mereka, dipersilahkan untuk maju ke depan!"

***

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Where stories live. Discover now