13. Sial

2K 774 66
                                    

Setelah mengantarkan Galan ke ruang UKS, seperti yang kalian tahu—Raka bergegas menyusuri sekolah, mencari bedebah Rey.

Dilihat dari tampangnya, siapapun bisa menilai bahwa ia sedang murka.

Raka melangkah cepat dengan sorot mata tak berkedip, tangannya mengepal kaku, rahangnya mengeras bak air es yang membeku.

Tatapannya yang kejam membuat siapapun bergidik. Tak segan-segan ia menubruk siapa saja yang ada di depannya.

Namun, siapa juga yang berani sama Raka? Tidak ada yang berani, kecuali Pak Gun—Sang Kepala Sekolah. Dan satu lagi Pak Arman—si ketua BP.

Sebenarnya pagi ini ia ingin merayakan kembalinya ke sekolah setelah beberapa saat menghilang. Akan tetapi, setelah melihat kejadian Galan kemarin dan tadi pagi, ia mengurungkan niatnya. Ia paling tidak suka dengan acara penganiayaan seperti itu.

Pagi ini Raka akan mengajari Rey sedikit cara menghargai seorang manusia. Raka tidak mau melihat kejadian ini terulang kembali.

Sekolah terlihat ramai oleh penduduknya, semua murid saling bercengkrama dengan yang lain, saling tertawa sambil menunggu bel masuk.

Namun, Saat Raka melintas seketika semuanya beralih pandang ke arahnya—mematung—antara takut atau ngeri melihat bola matanya yang kejam.

Agat, Oscar, dan Dito mereka tiba lebih dulu di sekolah, berjalan santai seperti kebanyakan murid.

Tanpa sengaja mata Agat melihat sekelebat tubuh Raka yang berjalan cepat dengan tatapan tidak biasa. Ia menyikut dito yang berada di sebelahnya, tapi dito malah mengelak. "Ada apa?!"

Agat beralih menepuk tangan Oscar.

"Kena-pa?" Oscar bertanya gagap.

Mereka saling pandang. Akhirnya melihat sekelebat tubuh Raka yang berjalan secepat berlari.

Raka tidak menghiraukan siapapun, tubuhnya terus melesat. Ia tahu kemana Rey dan antek-anteknya berkumpul.

Tanpa banyak tanya Agat memutuskan berlari menyusul Raka, begitu juga dengan Oscar—ia tahu apa yang Agat maksud tadi.

"Hei, tunggu aku!" Dito juga berlari tergopoh-gopoh menyusul mereka.

***

Radius dua puluh meter, Raka menemukan para bedebah itu. Komplotan itu sedang tertawa terbahak-bahak sambil mengolok-ngolok satu sama lain di salah satu ruangan yang memang sengaja di kosongkan.

"Kasihan sekali dia." Nampaknya mereka sedang menertawakan Galan.

Raka meneruskan langkahnya, jiwa sehatnya telah hilang. Hanya emosi yang menggumpal di benaknya.

Akan tetapi, belum sempat Raka menghampiri mereka, ada sesuatu yang membuatnya terhenti.

Tutt ... tutt ... tutt ...,

"Sial!" umpat Raka bengis.

Suara bel berbunyi nyaring, mengacaukan jalannya. Sementara itu, tangannya gemas sekali ingin menghajar Rey saat ini juga.

Raka menggeleng, bukan waktu yang tepat untuk sekarang. Ia mendengkus, mau tidak mau harus angkat kaki—masuk ke kelas.

Rey dan para dedengkotnya beranjak dari tempat tongkrongannya setelah mendengar bel masuk. Mereka tidak melihat kehadiran Raka.

Sedangkan Agat dan kawanannya tiba di lorong gudang tepat saat tubuh mereka hilang dibalik kelokan.

"Hei, Kemana Raka tadi?!" Dito bertanya dengan nafas tersenggal.

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu