20. Belenggu perjanjian

1.4K 675 15
                                    

Kesepakatan adalah sebuah perjanjian yang halus. Memang tidak terlalu berat, namun jangan dianggap enteng.

Seperti itulah Oscar dan Dito. Sekarang mereka menanggung belenggu perjanjian yang harus dicapainya-hanya untuk sebuah ambisi.

Selepas penyeleksian, mereka tidak bersenang-senang layaknya orang-orang. Mereka mengejar kekurangan yang ada, untuk bisa memenuhi tuntutan dari Rangkas.

Tanpa ambil tempo, Dito yang biasanya mengeluh---kini ia langsung berlari dengan semangat yang menggebu.

Ia mengambil arah yang panjang untuk lari lebih jauh. Memutari kompleks, mengarungi perkampungan kota---meski kadang berhenti sejenak untuk mengambil nafas. Lalu melanjutkan larinya menerobos lorong-lorong gelap sampai matahari siap tumbang.

Mereka berdua tidak bergurau. Saban hari mereka melakukannya. Itu pun tidak hanya di pagi hari, melainkan siang-selepas pulang sekolah, bahkan saat malam tiba---mereka melakukan lompat-lompat kecil di dalam kamar.

Terkadang Oscar mengajak Dito, juga yang lainnya untuk jogging bareng keliling kompleks perumahan.

Raka sangat men-support antusiasme mereka berdua. Ia tidak bosan mengajak Agat untuk menemani mereka lari atau sekedar melihat perjuangan mereka.

Oscar bahkan tidak lupa untuk membeli susu, vitamin, dan suplemen-suplemen peninggi badan lainnya.

Padahal tiga hari yang lalu, ia mengolok-golok Agat karena memesan susu.

Dan sekarang, lihatlah, ia sendiri yang meminum susu---bahkan tiga kali sehari mengalahkan anak kecil.

Mamahnya tampak heran melihat anaknya yang mendadak suka minum susu. Betapa tidak, Oscar meminumnya tidak tahu aturan.

"Kenapa dia jadi aneh sekali?" pikir mamahnya bingung setiap melihat Oscar meneguk segelas susu setiap sehabis makan.

Oscar juga membeli sebuah alat pengukur tinggi badan, yang beberapa hari lalu dibelinya dari sebuah toko di pasar---yang kemudian disimpan di kamarnya.

Sementara Dito, ia melakukan diet makan untuk menunjang berat badannya. Meski sangat susah, tetapi karena ia sudah bertekad, apapun itu---akan ia lakukan.

Waktu makan yang biasanya dialah paling lahap, kini seluruh keluarga dibuat tercengang karena melihat Dito yang makan hanya dua centong nasi.

Dito juga diam-diam membeli alat penimbang berat badan, alih-alih untuk memantau berat badannya setiap harinya.

Untuk agenda sepulang sekolah, mereka berempat berkumpul di rumah Raka-melaksanakan berbagai latihan seperti hari-hari sebelumnya.

Dan sebelum latihan resminya dimulai mereka diharapkan sudah siap.

Rangkas terus menggemblengnya, ia tidak peduli seberapa keras pendidikannya. Toh mereka juga tidak akan protes, yang terpenting 'ini bukan keinginananya'.

"Siaaaapp grakk!!"

Itu adalah Agat, suaranya melengking bak pemimpin upacara.

Dia adalah salah satu calon yang sudah Rangkas siapkan sejak dini untuk kemudian hari menjadi danton.

Rangkas sangat yakin kalau nanti Agatlah yang memimpin barisan juniornya. Semua itu bisa dilihat dari suaranya, ketegasan, dan mimiknya yang begitu berkarismatik.

Setelah berhari-hari latihan, Rangkas mulai bisa menghela nafasnya. Ia hanya berdiri, mengawasi gerakan mereka dan membimbingnya.

Sesekali duduk memperhatikan, sambil menegur jika mereka melakukan kesalahan.

Dengan jangka waktu satu minggu, Rangkas bisa memastikan kalau mereka semua akan masuk tanpa ter-eliminasi.

Karena daftar calon anggota belum valid, jadi untuk beberapa hari ini mereka akan latihan sendiri dengan Rangkas.

***

I'm sorry otaknya lagi ngeblank. Wkwk. Writter Block.

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Where stories live. Discover now