77. Tiket ke Istana Merdeka

1.3K 587 27
                                    

Jika ada typo, tolong segera kasih tahu 🙏

***

Esoknya, saat istirahat. Galan bergegas untuk mengikuti alur pendaftaran. Semua berkas yang dibutuhkan telah ia siapkan, tinggal menemui Rangkas-kemudian menyerahkannya, selesai.

Teman-temannya sangat berharap, semoga rencana ini jadi jalan terbaik untuk semua. Agar tidak ada korban lagi dari kebengisan Rey.

Ada Tania juga yang akan ikut, meskipun dia jarang sekali ikut perkumpulan. Tetapi, Tania juga bagian terpenting dari kelompok mereka.

Tania nantinya ditugaskan untuk menyalurkan kabar dari sekolah, kapan sekolah membuka pemilu OSIS kembali. Karena tanpa Tania, siapa pula yang akan jadi pengantar kabar? Galan? Jangankan punya handphone, pegang handphone saja masih dipertanyakan.

Maka dibutuhkanlah dirinya, kebetulan syarat dan ketentuan untuk mengikuti PASKIBRAKA Nasional telah dimiliki. Juga tentang mental dan fisik, tidak perlu khawatir-Tania adalah gadis pencinta panas matahari.

"Aduh!" Galan tiba-tiba memukul dahinya.

"Kenapa, Lan?" serentak keempat temannya bertanya.

"Aku lupa buat minta izin orang tua," ungkap Galan.

"Nanti juga bisa, habis sekolah."

Galan mengangguk. Benar juga.

"Kira-kira, untuk mengibar di Istana Merdeka butuh berapa tahap seleksi, ya?" tanya Tania tiba-tiba.

"Banyak!" sergah Oscar. "Bisa lolos di PASKOT saja sudah beruntung!" katanya lagi dengan penuh semangat.

Raka mengangguk pelan. "Yeah, pastinya butuh perjuangan berkali-kali lipat untuk kalian sampai ke Istana Negara. Karena seleksinya pun boleh dibilang sangat ketat."

Galan memangut-mangut. Mendengar penjelasan Raka, sepertinya ini akan sedikit sulit.

"Jika di sekolah saja harus bisa mengalahkan puluhan orang, mungkin jika masuk ke kota akan lebih banyak, bukan? Ratusan bahkan ribuan," ujar Galan.

Dito yang sejak tadi mengulum permen, ikut buka suara. "Belum lagi, seleksi provinsi, lalu ke Nasional. Ah, aku tidak bisa membayangkan betapa melelahkannya sampai ke Istana Negara."

Sepuluh menit berjalan menuju ruangan OSIS, akhirnya mereka tiba di depan pintu. Sekonyong-konyong si biang kerok Rey muncul di depan muka. Menghadang di depan pintu.

Rey melirik berkas yang dibawa Galan. Dia langsung tahu apa mau mereka.

"Jadi, kalian akan ikut PASKIBRAKA Nasional?" tanya Rey. Tetapi, pertanyaan itu jadi terdengar sinis lantaran diikuti kekehan tawa kecil.

"Menyingkirlah!" Galan menggertak. Ia sudah muak bertemu dengan bebdebah satu ini. "Kami tidak sedang berurusan denganmu, jadi-jangan halangi kami untuk masuk!"

"Bagus! Bagus sekali!" Rey tertawa lebar. "Dengan begitu, aku tidak perlu repot-repot mengotori tanganku untuk menjatuhkan kalian," ujarnya sambil tersenyum miring.

Setiap kali bertemu Rey, entah kenapa suasananya cepat sekali berubah.

"Begitu kejinya kau sampai-sampai melakukan apapun demi yang kau mau!" Raka mendelik. Jika ini bukan di depan ruang guru, mungkin tangannya sudah meninju Rey sejak tadi.

Rey berkacak pinggang. "Keji katamu?" Ia beralih menatap Tania dan Dito yang sejak tadi terdiam. "Lebih keji mana dengan politikus korup yang menghalalkan semua cara?"

"Kau memang benar-benar kelewatan!" Pekik Oscar. Ototnya terlihat jelas di keningnya. Baru kali ini Oscar memperlihatkan kemarahannya.

Rey hanya tersenyum, tergelak. "Suka-suka. Aku yang memimpin-kenapa kalian yang sewot, hah?"

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Where stories live. Discover now