62. Pesan Singkat

1.1K 534 26
                                    

Beruntung sekali tadi malam tidak terjadi apa-apa. Jika segerombolan penjaga gerbang itu mengeroyok mobil-entah apa yang terjadi kepada mereka.

Untuk sementara waktu, Raka, Galan, dan lainnya akan diam. Mencari penjelasan pun percuma, Agat tidak pernah rumah. Tidak ada nomor telepon yang bisa dihubungi. Juga tidak ada social media-nya yang masih aktif.

Dari sikapnya selama ini, mereka bisa menarik benang merah-kalau Agat sudah tidak berpihak kepada mereka.

Malam yang begitu gelap telah berlalu, digantikan oleh secercah mentari pagi. Yang dengan cepat, menembus celah-celah dedaunan, sedikit demi sedikit.

Pagi-pagi sekali Raka datang ke rumah Galan, ada Oscar juga Dito yang menemani.

"Memang mau kemana?" Galan langsung bertanya saat Raka ingin mengajaknya pergi. Ini masih terlalu pagi, bahkan Sang Surya pun belum menampakkan ketampanannya.

"Barbershop-kita potong rambut," terang Raka.

"Rambut hanya lima senti juga, apanya yang mau dicukur?" celetuk Oscar, tangannya mengelus kepala.

"Aku minta izin dulu ke ayah," ucap Galan. Raka mengangguk. Galan masuk, meminta izin ke Ayahnya.

Sambil menunggu Galan. Raka dan Oscar adu mulut. Dito memilih diam, ia sudah kenyang adu mulut dengan si kadal gurun-pasti ujung-ujungnya kalah suara.

"Apa yang dicukur?"

"Rambutlah!" tegas Raka.

"Masa iya, wajahku yang ganteng ini harus jadi perkedel kentang?"

Raka menepuk dahi. Lupa, kalau bicara dengan Oscar jangan sekali-kali memancingnya, karena bisa panjang nanti.

"Ayo!" Galan keluar dengan semangat. Itu artinya ayahnya mengizinkan. Berhubung hari ini hari libur dan Galan juga tidak ada kerjaan-ayah mengiyakan-tidak ada salahnya 'kan untuk mengisi waktu kosong. Lagian Galan juga tidak punya kerjaan.

Mereka melangkah, bergegas masuk ke mobil. Raka menengok, ada sesuatu yang ia lewatkan. Rino? Iya, Rino. Kemana dia? Apakah dia ada dirumah?

"Sampai kapan kau akan bengong terus?"

Oscar membangunkan lamunannya. "Eh, iya." Raka masuk, mengambil bagian kemudi.

"Lan. Rino kemana?" tanya Raka. Sejak tadi, ia tidak melihat Rino.

Galan mengangkat pundak. "Entahlah, mungkin dia sudah pergi mencari sampah. Biasanya, dihari libur seperti ini-dia akan pergi lebih pagi."

Raka mengangguk-angguk, masuk akal. Kasihan juga kalau dengar 'mencari sampah', padahal negeri ini kaya raya, kata orang.

Raka menyalakan mesin mobil, memutar arah laju-bergerak perlahan, meninggalkan perkampungan pemulung.

"Kau sungguhan akan mencukur rambut?" Oscar bertanya lagi, seolah jawaban yang tadi adalah gurauan.

Raka memangut-mangut. "Aku harus jawab berapa kali, biar bisa meyakinkanmu, hah?" Raka ingin sekali menjitak Oscar. Sifatnya yang menyebalkan mulai keluar.

Oscar meringis. Terkekeh. Oke, dia akan mengalah untuk ini. Mobil melaju mulus, melewati gedung-gedung raksasa tanpa kendala.

Lima menit mengarungi jalan besar, Raka membanting stir, memasuki gang. Kelihatannya Raka akan mencukur rambut di barbershop yang jarang dikunjungi.

Tak lama kemudian mobil berhenti. Sebuah ruko yang disulap dengan tulisan barbershop tercetak jelas di daun pintu. Keempatnya turun dari mobil, lantas masuk.

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang