30. Trik yang cerdik

1.3K 628 11
                                    

Dua pelajaran terlewat. Dengan begitu Galan bisa kembali ke perpustakaan---membaca buku yang sejak kemarin membuatnya penasaran.

Sesaat bel istirahat berbunyi, tubuhnya bergegas melesat masuk ke dunia labirin kesukaannya.

Novel yang baru rilis itu membuatnya jiwanya sangat ingin tahu---apa sih sebenarnya isinya? Tentang apa?

Buru-buru Galan mengambilnya lalu duduk di meja paling ujung. Tempat yang tepat agar tidak diganggu. Galan menutupi sampul novel itu dengan buku yang dibawanya. Agar lebih aman dan tidak terlihat oleh Rangkas---tentunya.

Inilah trik cerdiknya, bersembunyi di tempat keramaian.

Tidak lama, Rangkas masuk, matanya melirik ke sana kemari---ia pasti mencari buku yang dibawa Galan.

Galan pura-pura tidak mengetahui hal itu, ia menatap lekat buku yang dibacanya. Duduk setenang mungkin, agar tidak dicurigai.

"Baca buku apa, Lan?"

Galan terkesiap. Ia menoleh ke samping kiri, tidak ada orang. Ia mendongak, ternyata seseorang yang menyapanya tengah berdiri.

Oscar mendekat, ditangan kanannya menenteng sebuah buku. Kelihatannya buku pelajaran. Hei, sejak kapan Oscar suka membaca buku?

"Baca buku cerita," jawab Galan pendek.

Galan mendongak, memastikan sekali lagi dengan siapa dia bicara.

"Tidak seperti biasanya kau ke perpustakaan." Galan sempat tidak percaya melihat Oscar di depan mukanya. Pasalnya, dia 'kan langganan tetap kantin.

"Yeah, karena ada PR biologi yang belum ku kerjakan. Makanya aku ke perpustakaan." Dengan malas Oscar duduk, membuka lembaran buku bersampul biologi.

"Duh!" Galan menepuk jidat. Dia juga belum mengerjakannya. Bagaimana ini? Kenapa dia selalai ini? Tidak seperti biasanya dia lupa mengerjakan tugas.

"Coba lihat soalnya." Galan menarik buku Oscar, melihatnya selintas.

Satu menit melihat, satu menit menjawab. Galan mengangguk, dia sudah tahu jawabannya. Secepat itulah dia mengerjakan. Bahkan, soal trigonometri saja pernah dia babat dalam tiga puluh detik.

"Ah, syukurlah. Ini tidaklah sulit. Rumus biologi tidak serumit rumus kimia atau fisika. Hanya membayangkan saja, semuanya beres," Batin Galan.

Galan mengembalikan buku Oscar. Tidak perlu cemas, dia sudah tahu jawabannya.

"Kau sendirian?" Galan bertanya basa-basi.

"Tuh," Oscar menunjuk meja sebrang dengan memonyongkan bibirnya. "Karena mereka ke sini. Jadi aku ikut ke sini."

Galan mengerti sekarang. Karena Agat dan lainnya ke sini---jadi, mau tidak mau Oscar juga ikut. Persahabatan mereka sangat erat, Galan iri dengan mereka. Dia tidak pernah melihat pertemanan seerat itu.

Galan melanjutkan buku bacaannya. Dia baru membuka lembaran ke lima. Entahlah ia bahkan belum tahu isinya apa---namun di lembaran awal tadi---sepasang matanya mendapati kalimat yang membuatnya semakin penasaran.

"Lihatlah wajahku, bola mataku, kalian tidak akan mendapati walau semili rasa takut itu." Dari pembawaan prolognya saja, orang akan tertarik untuk membacanya.

Karena sering membaca, jadi mudah saja mencerna kalimat-kalimat yang disandingkan oleh penulis.

Galan memperbaiki posisi duduk. Mulai menyelam ke muara jendela dunia. Saat sedang asik-asiknya membaca, mendadak Tania datang.

"Wah, cepat sekali kau membaca buku." Tania berdiri, terpukau. Ia menengok buku yang tengah Galan baca. Sepertinya bukan buku yang kemarin. "Buku yang kemarin sudah selesai?"

Bangkitnya Sang Pusaka (Completed)Where stories live. Discover now