PB;16

176 24 4
                                    

LavenderWriters Project III Present

PakBoy © Group 9

Part 16 — Created by clarisme28 faniii_332 nawranau

▪▪▪


Rachel menatap lekat wajah Tama,  dan akhirnya ia menerima es krim dari tangan Tama, “Thanks,” ucap Rachel sambil melihat kedua mata Tama yang teduh itu dan melahap es krimnya.

“Gak gratis Hel,” gumam Tama disela seringainya.

“Apa?!” ketus Rachel.

“Pulang bareng ya,” pinta Tama menatap manik indah itu, “Gampangkan?” lanjutnya.

“Liat nanti aja,” ucap Rachel datar tak dipungkiri perasaan lain muncul.

Deg deg deg...

Rachel selalu merasakan dadanya berdebar ketika Tama menatap dirinya seperti sekarang. Tanpa berkedip.

Rachel, meskipun bukan kali pertama menatap sepasang mata itu, dia masih tidak berani menatapnya lama-lama.

“Udah deh drama roman picisan kalian,” keluh Azriel meletakkan benda pipih itu.

“Kenapa? Iri?”

“Gue bisa kali lebih dari kalian,”

“Masa? Coba buktiin,” ejek Tama.

Rachel yang mendengarnya tak menanggapi omelan Azriel. Ia masih menekuri es krimnya, seakan-akan makanan manis itu lebih menarik dari pada celoteh Tama dan Azriel.

“Udah deh kalian, bentar lagi masuk,” peringati Alvaro dan Kevin secara bersamaan.

* * *

“Ayo pulang sama-sama Hel,” ajak Dira saat berjalan keluar kelas sambil memegang benda pipihnya.

“Rachel, lo udah janji sama gue pulang bareng!”

Rachel tahu siapa yang bersuara dari arah belakangnya. Tama. Cowok bermata teduh itu berdiri di sampingnya, menatap Dira yang masih berdiri dihadapannya. Tatapan Tama menunjukan sebuah kode, “Duluan aja, biar Rachel sama gue,” Dira mengangguk seolah mengerti kode itu.

Dira pura-pura membuka pesan penting itu, “Hel, gue duluan ya, si Kak Dino udah nunggu, gue kira dia latihan. Hehee...” Dira pun pergi meninggalkan Rachel dan menghapus pesan operator yang ia liat tadi.

“Ayo, gue anterin lo pulang Hel,”

Rachel merasakan Tama menyentuh tangannya. Ia pun menoleh kearah Tama sambil melototkan matanya.

“Gue bisa pulang sendiri!” ketus Rachel tanpa basa-basi, lalu berjalan di koridor meninggalkan Tama yang termenung.

“Tungguin gue Hel!”

Rachel mengerjapkan mata, “Apa lagi?”

Rachel sedikit terkejut dengan aksi Tama, “Ngapain lo berlutut?!” 

“Kalau lo jalan dengan tali sepatu ikatannya lepas begini, bisa-bisa jatuh Hel, ” omel Tama lalu mengikatkan tali sepatu Rachel yang terlepas.

Rachel meremas kedua tali ranselnya agar terlihat tenang.

Dadanya berdebar-debar, “Makasih,” ucap Rachel datar lalu cepat-cepat pergi meninggalkan Tama.

Rachel tidak mau tertangkap basah bahwa pipinya saat ini merona dan diejek oleh cowok itu.

09;PakBoy✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora