PB;49

117 17 1
                                    

LavenderWriters Project III Present

PakBoy © Group 9

Part 49 — Created by clarisme28 faniii_332 Apricothe

▪▪▪

Sesak itu yang dirasakan Rachel. Ia sendiri bingung kenapa dadanya mulai sesak melihat Tama yang ternyata hanya mempermainkan dirinya. Padahal sejak dulu, Ia sudah tau sifat Tama yang sebenarnya. Padahal sikap manis Tama, itu semua hanya palsu. Sebuah pikiran agar Tama berubah, gagal total. Malahan Rachel justru terjebak oleh permainan pacar pertamanya.

Tangan Rachel tiba-tiba dicekal oleh tangan kekar seseorang. Berusaha menahan tubuhnya.

“Rachel... Kamu jangan  langsung ambil kesimpulan dulu dong. Apa yang kamu liat belum tentu itu adalah kebenaran. Kamu kasih waktu aku buat jel-”

“Buat apa!? Buat apa gue dengerin penjelasan seorang penipu kayak lo!”—Rachel langsung memotong perkataan Tama, dan menghempaskan tangannya dari cekalan Tama.

Dengan langkah cepat, Rachel  berlari membentang jarak jauh antara Ia dan Tama. Sementara bayang-bayang punggung Rachel yang ditelan oleh keramaian, Tama mengacak rambutnya frustasi. Yang ada dipikirannya adalah, sekarang Rachel berpikir dia adalah seorang penipu. Dan semua ini terjadi karena Alvaro. Akar dari permasalahan ini.

Tama langsung mengambil ancang-ancang ke kantin. Kedua sahabatnya yang baru saja keluar dari kantin, menahan pergerakan Tama yang sudah di puncak kemarahannya. Tidak, Tama tidak akan mengampuni lelaki itu. Walaupun Alvaro pernah menjadi orang terdekat dirinya.

“Lepasin gue! Gue mau ancurin tuh orang. Lepas ga?!” Tangan Tama meronta-ronta agar dibebaskan dari tangan sahabat yang berusaha menahannya.

Karena kekuatan Tama lebih besar daripada mereka berdua, apalagi Tama yang sedang mode mengamuk, keduanya terhempas kebelakang. Dengan terburu-buru Tama menarik kerah baju Alvaro,melayangkan satu pukulan di perutnya.

Darah amis mulai membasahi ujung bibir Alvaro, namun tak menghentikan bibir sinisnya yang tersungging. Sekali lagi Tama melayangkan pukulan, namun kali ini meleset saat Alvaro mengucapkan beberapa kalimat yang membuat Tama memukul lantai kantin itu.

“Gue udah nyelamatin Rachel. Kalo gue gak selamatin dia, kemarin kemarin adalah detik-detik terakhir lo sama dia.” Alvaro menyeringai ke arah Tama, lalu menepuk bahu lelaki itu. “Mungkin kemarin-kemarin dia milik lo. Tapi sekarang dan selamanya, Rachel...  Milik gue,” kukuh lelaki itu sembari menunjuk dadanya. “Lo itu kan populer, cari cewek lain mudah kan? Lagian gue gak prcaya lo itu beneran suka ama dia.”

Dengan tampang tidak berdosanya, Alvaro melewati Azriel dan Kevin yang baru saja masuk ke kantin.

Kevin tersenyum sinis. “Sahabat macam apa lo?! Gue malu pernah sahabatan dengan lo.”

Alvaro tak menggubris ucapan sarkas Kevin, dan melewati keduanya dengan beberapa kata. “Yaudah gak usah sahabatan ama gue kali nyesel.”

Tangan Kevin mengepal.  Selain keras kepala, Alvaro tipe yang egois. Memaksakan sesuatu agar menjadi milik seutuhnya. Mereka menepuk bahu Tama sambil berjongkok mensejajarkan tinggi mereka.

09;PakBoy✔Where stories live. Discover now