PB;18

167 20 1
                                    

LavenderWriters Project III Present

PakBoy © Group 9

Part 18 — Created by faniii_332

▪▪▪

Tama mengendarai motornya dengan rasa malas, malas mendengarkan keributan antara kedua orangtuanya. Sebenarnya tujuan utamanya mengajak Rachel jalan adalah untuk menceritakan masalah yang ia hadapi. Tapi melihat Rachel yang juga tampak ada masalah jadi ia urungkan niatnya untuk berbagi dengan Rachel. Ia juga tidak mau menambah beban gadis itu hanya karna masalahnya ini.

‘Hayo lah Tam, jangan kayak cewek gini. Lo itu cowok jangan lembek kayak gini,’ batin Tama menyemangati dirinya sendiri.

Sebelum pulang Tama menyempatkan dirinya untuk membeli sate untuk kedua orangtuanya.

“Mas satenya dua ya mas, di bungkus,” ucap Tama membeli sate yang ada ditepi jalan.

“Pakai lontong dek?” tanya penjualan sate.

“Gak usah mas, 10 tusuk ya Mas,”

“Siap Dek,”

Sambil menunggu pesanan, Tama  duduk diatas motor sport-nya sambil memandangi jalan yang tampak ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang.

“Ini Dek,” ucap penjual sate. Tama menerima bungkusan itu lalu membayarnya. Setelah itu ia langsung pulang menuju rumahnya.

Baru juga Tama sampai didepan pintu utama ia sudah disuguhkan dengan pertengkaran antara kedua  orangnya.

“SEHARUSNYA MAS ITU NGERTIIN AKU, JANGAN SELALU SALAHIN AKU!”

“KAMU YANG HARUS NGERTIIN AKU, AKU BARU PULANG KERJA KAMU MALAH MARAH-MARAH KAYAK GINI, KALAU GINI AKU TIDAK BETAH TINGGAL DISINI LAGI.”

“TERUS MAUMU APA?!”

“CERAI!”

“KAMU JANGAN EGOIS, KAMU GAK MIKIRIN BAGAIMANA KEADAAN TAMA NANTINYA KALAU TAU KAMU NGOMONG GINI.”

“AKU MIKIR, TAPI LIAT SIKAP KAMU INI MEMBUAT KU MUAK ELMA!”

“KAMU PIKIR AKU GAK MUAK HAH?! AKU MUAK MAS!”

Tama menghela nafasnya berat, ia sudah cepet melerai pertengkaran keduanya orangtuanya.

Bagaimana pun ia sudah berusaha memperbaiki hubungan kedua orangtuanya tapi itu tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Tama melirik kresekan yang masih ia pegang. Rencananya sate ini ingin ia berikan untuk Mama dan Papanya. Tapi, melihat suasana seperti ini tidak memungkinkan ia memberikannya.

Tama mendekati motornya kembali, memasang helmnya. Dan kembali membelah jalan ibu kota. Ia tidak peduli jika nantinya keduanya orangtuanya akan mencarinya, bukannya ini yang mereka inginkan. Bukannya mereka lebih senang jika tidak ada dirinya, mereka bisa bertengkar setiap hari tanpa melakukan drama seolah tidak ada masalah apapun diantara mereka didepan matanya.

Tama berencana ingin pergi kerumah Azriel, yang ia butuhkan saat ini adalah ketenangan dan hiburan. Mungkin dengan menemui Azriel bocah setengah miring itu bisa mengembalikan moodnya.

Sampai didepan rumah Azriel, Tama langsung masuk begitu saja karena ia sudah terbiasa seperti ini.

Tama langsung berjalan menuju kamar Azriel. Membuka pintu kamar itu.

Tama meletakkan bungkusan sate itu diatas tempat tidur Azriel.

“Buat lo pada,” ucap Tama kepada Azriel dan Kevin.

09;PakBoy✔Where stories live. Discover now