17 || Kantor

256K 21.1K 1.1K
                                    

Gue berjalan menuju ruangan, mata gue fokus pada ponsel yang gue bawa. Tanpa sengaja gue melihat Kaley yang mau berjalan kearah gue. Gue pelanin langkah jalan biar ketemu sama dia.

Pas udah dekat Kaley baru nyadar kalau dia mau ngelewatin gue. Kaley nundukin kepalanya, malu mungkin. Kaley jalan sendirian dengan jas putih yang melekat ditubuhnya, keren. Serius bini gue keren banget, cantik lagi.

Gue ngeliatin dia enggak ngedip sama sekali. Seraya memori tadi malam berputar otomatis. Langkah kaki Kaley bergerak lebih cepat pada saat udah berpapasan dengan gue, dengan isengnya gue pegangin tangan dia. Sontak Kaley berhenti dan mendongak ngeliat gue.

Gue berbisik, "Cantik."

Kaley salting sendiri. Dia menepis tangan gue. "Apaan sih pak!"

Nge-gas mulu lo.

Gue bisa liat pipi dia bersemu merah, malu pasti. Yaallah demen banget gue ngerjain bini pagi-pagi.

"Ntar kita lanjutin yang tadi malam." Ujar gue usil.

Kaley melotot, "Dasar mesum!"

Gue mengangkatkan bahu acuh, "kaya-nya kamu deh bukan saya."

Kaley memutar bola matanya, "Kalau saya udah jadi dokter bedah. Saya akan ngebedah otak bapak biar waras!"

Gue ngakak, "Kalau bedah-bedahan diranjang mah ayo."

Mata Kaley kaya mau keluar. Paham ternyata dia, gue kira masih polos. Oh ternyata. Haha, "Keluar tuh mata kamu."

Kaley tidak menangapi omongan gue. Istri kampert emang! Kaley berjalan mau ningalin gue. Dia jalan kekanan. Gue kekanan. Dia kekiri. Gue kekiri.

Kaley mengepalkan kedua tangannya, "Minggir pak!"

Gue menggeleng.

"Mau pak Arkan apaan sih?'" Tanya Kaley ketus. Dia ngarahin satu suntikan berukuran sedang sama gue, wih bahaya cuy kalau begini mah.

Gue nyengir ganjen, "Mau kamu."

"Amit-amit." Dia jalan lagi tapi gue halangi lagi, "Saya sayat-sayat mampus kamu pak!"

"Sayat-sayat aja hati saya." Gue ngedipin sebelan mata gue.

"Astagfirullah!" Kaley ngusap dadanya dramatis.

Lo kira gue setan apa pake istighfar  segala.

"Udah ah, saya mau keruangan dulu, pulang bareng saya tunggu diparkiran." Ujar gue.

Kaley mengangguk, "Jangan diparkiran, ntar anak kampus pada liat, di depan Universitas aja pak."

"Iya, ntar setelah ngajar saya chat kamu. Kita kekantor dulu sebelum pulang."

"Dean?" Kaley mengangkat sebelah halisnya.

"Sama mamah saya."

Soal Dean semua anggota keluarga kita pada setuju, maksudnya welcome banget sama Dean, agak sulit sih pertama ngejelasinnya, tapi lama-kelamaan pada ngertiin. Hitung-hitung mancing katanya, mancing apaan coba?

"Yaudah saya pamit dulu pak, ada dosen." Kaley menujuk Bisma yang jalan nuju leb.

Oalah si sengklek Bisma dosennya.

"Yaudah belajar yang bener, biar anak kita pinter." Gue tertawa.

"Anak mulu yang dibahasnya. Saya pamit pak Assalamualaikum!" Salam Kaley sambil lambain tangannya ke gue.

Gue terkekeh, "Waallaikumsalam."

***

Jam kampus udah bubar dari dua jam yang lalu. Enggak juga sih, gue cuma ngajar tiga kelas aja, kalau Kaley dia empat kelas mata kuliah. Otomatis gue nunggu dia diparkiran, mana bilangnya mendadak banget lagi.

Gue udah berada di kantor bokap gue yaitu C'Bayangsara. Itu nama yang gue kasih waktu umur 6 tahun. Dulu bokap gue bilang suruh gue kasih nama disalah satu cabang perusahaanya. Yaudah gue kasih nama marga keluarga aja.

Soal perusahaan ini, gue bos-nya disini ye, itu juga dipaksa sama nyokap. Sebenarnya males, jadi dosen juga kadang buat gue mau mati ditempat karena sangking pusingnya.

Gue naikin lif untuk masuk kesana. Semua orang pada menyapa ramah, gue sama Kaley jalan keruangan, Kaley cuma ngikutin dibelakang.

Tepat dilantai paling atas ada ruangan gue, ruangan CEO sama Direktur utama.

Gue berjalan dulu melewati ruangan Direktur. Di sana ada Vino yang sibuk dengan komputernya, dan yap! Direktur utamanya adalah Vino adek gue sendiri.

Jujur gue bangga dan sayang banget sama dia. Di umur 22 tahun dia sudah punya tanggung jawab yang besar dan enggak ragu untuk mengambil keputusan, kalau waktu gue seumuran Vino, gue mah ogah banget disuruh begituan.

Pintu ruangan terbuka lebar, Kaley berdecak kagum, "Wow ..."

Gue ngeliatin Kaley heran, "Kenapa?"

Kaley menggeleng, dia berjalan menuju kursi kebesaran gue lantas duduk kemudian muter-muterin kursinya sambil tertawa.

Katro.

Yaelah Ley! lo mah kebangetan cuma duduk dikursi begituan aja seneng banget.

Gue membuka jas yang gue pake dibuang ke sofa, berjalan nyamperin Kaley yang masih asik mainin kursi.

"Udah ntar pusing." Ujar gue sambil memberhentikan kursinya.

Kaley majuin bibirnya, "Yah! padahal seru loh pak!"

Ini yang namanya the real of masa kecil kurang bahagia.

Gue mengangkat tubuh dia, giliran gue yang duduk di sana, kaley ngeliatin gue kesal, dia ngehentak-hentakin kakinya kelantai.

Gue narik tangan Kaley dan mendudukkan dipangkuan gue, seketika dia membeku seketika, anjir ngakak gue.

Enggak puas gue mah kalau Kaley belum marah, tangan gue meluk tubuh dia dari belakang dan menyimpan dagu gue dipundak Kaley.

Belum ada perlawanan, wah pingsan kanyanya nih bocah.

"Kaley." Ujar gue dangan nada nakal.

Kaley berdahem,"I-iya?"

"Ternyata kamu ... berat." Ucap gue iseng.

Bruk!

Kaley mendorong gue sampe jatuh dari kursi! Lumayan loh ini sakitnya, apalagi bokong gue!

Kaley melipatkan tanganya didada, menatap gue tajam yang masih duduk dilantai.

"DASAR MESUM! KURANG BELAIAN! LEMES! NGESELIN!! NYEBELIN!!" Teriak Kaley sampai menggelegar dalam satu ruangan, untung ruang gue pake kedap suara, kalau enggak gempar nih satu kantor karna teriakan bini gue.

Oh belum cukup rupanya, dia mengambil setumpukan kertas yang di capit oleh piper klip dan melemparkan satu persatu ke gue.

"Ampun Ley! Saya bercanda!" Gue udah bangkit dari lantai dengan susah payah.

"BODO! BODO AMAT SAYA MARAH SAMA BAPAK!" Kaley teriak frustasi.

Gue berjalan kearah dia Kaley melototi gue,"Saya bercanda, saya minta maaf."

"Ada syaratnya."

"Apa?" Tanya gue bingung.

"MALAM INI BAPAK TIDUR DILUAR!" Kaley ngedorong gue dan keluar dari ruangan dengan membanting pintu.

Gue melongo.

***

Dosen KampusWhere stories live. Discover now