24 || Tertangkap basah

224K 19.4K 1.2K
                                    

Gue sama pak Arkan keluar dari kamar Vino dam berjalan menuju kamar pribadinya pak Arkan lumayan jauh sih. Tepat gue udah berdiri didepan pintu hitam kecoklatan, pak Arkan narik gue masuk.

Wangi parah.

Itu yang gue rasain waktu pertama kali menginjakkan di kamarnya. Rapih dan tertata, karmanya kaya kebarat-baratan gitu loh dengan cat dinding abu-abu putih. Gue duduk dipinggiran ranjang disusul oleh pak Arkan.

"Kamu rebahan aja dulu. Saya mau bersih-bersih." Ujar pak Arkan sambil berjalan ke kamar mandi.

Gue mengangguk dan tanpa disuruh pasti gue mah rebahan. Kalau ketemu kasur bawaanya pengen rebahan mulu. Mata gue ngeliat sekeliling ruangan.

Poto tiga orang berseragam SMA. Dipajang di laci kanan, gue tertarik untuk mendekat dengan iseng gue ambil dan merhatiin satu persatu mukanya. Dahi gue berkerut pada saat dosen Bisma juga ada jadi posisi mereka gini, pak Arkan pojok kanan, dosen Bisma pojok kiri sedangkan yang satu laginya ditengah dan gue enggak tau namanya.

Jadi dosen Bisma sahabatnya pak Arkan?

Seangkatan kah?

Gue meletakkan lagi poto kembali mata gue turun kebawah di sana ada poto pak Arkan waktu kecil yang lagi nangis, mana ingusnya keluar.

"Hahaha!!" Gue ketawa kenceng banget. Tangan kiri gue mengambil ponsel disaku celana dan memotretnya. Mayan kan buat ngacam kalau ada disituasi genting.

Pintu kamar mandi kebuka. Di sana pak Arkan ngeliatin gue heran yang lagi ketawa lepas, "Ngapain?"

"Oh ini," Gue berusaha meredakan tawa, gue mengangkat poto tadi dan memperlihatkannya ke pak Arkan, "Ini siapa pak? fth.. hahaha!!"

Pak Arkan melotot, dia lari menghampiri gue. "Taro Kaley!"

"Luc- Aaaaaa!!!!" Gue menjerit kencang.

Pak Arkan membanting tubuh gue keatas ranjang, mana sakit banget lagi pinggang gue.

Gawat! Gue udah mau kabur keluar tapi gagal. Pak Arkan udah mengunci tubuh gue dengan gerakan cepat.

"Kamu nakal Kaley. Kamu harus dihukum." Geram pak Arkan. Dia tersenyum miring.

"S-saya kan bercanda," Ucap gue gugup.

Pak Arkan tidak mendengarkan ucapan  gue, kepalanya makin mendekat sontak gue memejamkan mata, gue bisa merasakan tangan pak Arkan mengusap bibir gue lembut.

"Boleh?" Tanya pak Arkan.

Mata gue membuka perlahan. Gue kira mau langsung diserang, matanya pak Arkan udah kabut dan gue ngangguk ragu, toh gue tolak juga percuma pasti dia bakalan nyosor duluan.

"I-iya."

Pak Arkan miringkan kepalanya, matanya udah terpejam dan gue ikutan. Hembusan nafas dia begitu terasa. Membuat jantung gue olahraga tiba-tiba.

Tangan gue memeras seprai kuat, pak Arkan makin deket dan ...

BRAK!

Refleks gue sama pak Arkan menatap kearah pintu.

"OM-PAP-!" Ucapan Dean terpotong sambil ngeliatin kita bingung. Tangan mungilnya menggaruk pipi gembul nya sendiri. "Kalian ngapain?"

Sontak kedua tangan gue mendorong tubuh pak Arkan yang di atas sampai teratuh keranjang dan ngebentur dinding.

Pak Arkan meringis, dia memegang punggungnya. "SAKIT KALEY!"

Bodo amat!

Gue berjalan kearah Dean yang masih diam terpaku, gue berdahem. Mencairkan suasana. "Dean ngapain kesini?"

Bukannya menjawab pertanyaan gue dia malah miringkan kepalanya ngeliat pak Arkan kasihan, "Om-papah gak pa-pa?"

"Enggak pa-pa kok ..." Pak Arkan nyengir terpaksa. Dia mengangkat tubuh kecil Dean kepangkuannya. "Dean ngapain kesini?"

"Itu," Dean menjeda ucapannya, "Makan, suruh oma."

Pak Arkan mengangguk, "Ntar papah nyusul, Dean duluan aja."

"Oke!" Dean mengangkat dua jempolnya mantap, "Tente-ibu, makan?"

"Makan dong." Gue menjewel pipinya.

"Dean turun!" Ujarnya.

***

19:30.

Semuanya kumpul dimeja makan.
Menunya enggak terlalu mewah. Sederhana, ada tempe, tahu, sambal juga berberapa lauk yang lainya. Gue duduk disebelah pak Arkan. Mengambilkan piring yang masih kosong di depan nya.

Tangan gue menuangkan nasi, "Segini cukup?"

Pak Arkan mengangguk, gue meletakkannya lagi kembali

"Lauknya?" Kening pak Arkan berkerut.

Shit! gue lupa. Gue kembali mengambil piring yang berisi nasi putih aja, "Mau pake apa?"

"Sayur sama tempe."

Sekali lagi gue mengangguk mengambilkan lauknya, "Nih."

Pak Arkan senyum,"Makasih."

Vino berdecak sebal," Ck! manja banget sih lo bang!"

"Sirik lo?"

"Gak biasa aja."

***

Makan malam udah selesai, tapi masih pada diam dikursi nya masing-masing. Dean yang pertama membuka pembicaraan.

"Om Vino," Panggil Dean.

Vino mengalihkan pandangannya ke arah Dean, "Apa?"

"Ngg .... itu, tadi kan Dean kekamar Om-papah, telus mereka lagi gini." Dean mempraktekan tangannya, tangan kananya diletakan dimeja, sedangkan tangan kirinya diletakkan di atas tangan kanan, seakan tangan Dean saling menumpuk. "Itu meraka lagi ngapain?"

Pak Arkan melongo.

Sedangkan gue daritadi nutupin muka dengan telapak tangan. Malu coy!

Vino ngakak, "Dean, Om-papah sama tante-ibu itu lagi biki-"

Plak!

Pak Arkan nampar bibirnya Vino pelan, "Gue bilang jangan ngajarin Dean yang aneh-aneh Vino!"

Vino meringis, dia memegang bibirnya yang barusan kena gampar, "Ya kan, Dean tanya, ya gue jawablah."

"Serah lo!"

***

Dosen KampusWhere stories live. Discover now