26 || Bully

212K 17.9K 615
                                    

Hembusan angin pagi mengenai wajah gue yang datar dengan dua buah earphone yang menempel ditelinga. Pikiran gue benar-benar mumet dengan pertanyaan tadi malam, apa gue harus kerumah sakit tempat dr.Amara berkerja?

Jujur gue penasaran banget tapi gue juga berasa kurang berhak untuk menyelidiki masalah ini. Hati, ya! hati gue yang bilang gue harus mecahin teka-taki ini.

Gue menerusuri koridor kampus. Berjalan menuju perpustakaan untuk mengambil beberapa buku yang disuruh dosen. Gue menatap lurus lorong yang didepan, sangking sibuknya gue melamun tanpa sadar gue menubruk seseorang.

Orang itu senior gue namanya kak Missel yang paling nyiyir. Lagian tuh orang lagi ngapain sih di fakultas ini? bukanya dia anak hukum ya? dan semua orang tau dia Queen kampus ini. Bahkan dengan jabatan sebagai 'Queen' Kak Missel dengan gampangnya merendahkan orang lain

"Maaf kak." Ujar gue.

Kak Missel memperhatikan gue dari ujung rambut hingga kaki, lalu dia menggeleng tidak terima. "Maaf Kata lo?"

Males nih gue yang kaya gini tuh. Pasti ujungnya dia bakalan marah-marah enggak jelas.

"Iya saya minta maaf, tadi saya enggak liat kakak ada dihadapan saya." Gue coba untuk tersenyum.

"Lo kira dengan maaf semuanya selesai?" Kak Missel melipatkan kedua tangannya di dada, "Sorry gue enggak segampang itu buat maafin jalang macam lo!"

Mata gue membulat waktu dengar kak Missel panggil gue dengan sebutan tidak pantas sama sekali.

"Gue udah minta maaf sama lo kak. Tapi lo udah keterlaluan manggil gue dengan kata kotor itu!" Gue melotot, "Dan lo kira gue takut?"

"Anak kecil kaya lo bisa apa?" Kak Missel tertawa sinis, "Tidur diranjang sama dosen populer dibayar berapa lo dalam seronde?"

Gue mendesis, "Jaga ya ucapan lo!"

"Haha ... siapa nama lo? Hm ... Kaley bukan?" Dia tertawa mengejek, "Kaley Anastasya, waktu itu lo pernah kehotel kan sama pak Arkan?"

"Emangnya kenapa ke hotel bareng suami sendiri? Salah? Dan gue cuma sekali ke hotel bareng pak Arkan itu juga waktu sehabis nikah!" Gue menatap dia sinis.

Kak Missel menatap gue enggak percaya, "Gue gak sebodoh itu untuk dikibulin!"

"Terserah, gue enggak maksa lo buat percaya atau enggak sama gue, toh gak ada untungnya juga buat gue." Gue cabut dari hadapan tukang nyiyir itu.

"WOY! GUE PUNYA BERITA PENTING NIH!" Kak Missel teriak kencang sampai semua mahasiswa yang lagi sibuk dengan aktivitasnya menyorot kearah dia, "LO SEMUA TAU KAN PAK ARKAN?"

Semua orang sontak ngangguk. Jelas siapa yang gak kenal pak Arkan.

Gue berbalik menatap kak Missel tajam, dia menatap balik gue dengan senyum mengejek, kemudian dia menghampiri gue berserta dayang-dayangnya.

"Kenapa kok berhenti?" Kak Missel tertawa renyah, "Takut gue bongkar?"

"Mau lo apaan sih? Kan gue udah minta maaf sama lo! Kenapa lo jadi bawa-bawa pak Arkan?"

"Tarik guys!" Kak Missel mengangkatkan satu tangan mengintruksikan pada kedua dayang nya untuk menyeret gue masuk ke dalam kamar mandi.

Gue berontak, tapi gagal. Satu banding tiga sudah jelas gue kalah. Gue cuma bisa berdo'a semoga gue selamat.

Brak!

Kak Missel mendorong tubuh gue sampai terbentur ke pojok dinding, gila punggung gue sakit banget!

"Berani banget lo jalan berdua sama pak Arkan!" Sentak Kak Missel.

Salah gue dimana sih emangnya? jalan sama laki sendiri gak boleh?

Gue berdiri. Gue paling pantang untuk ditindas. Gue sama dia sama-sama makan nasi. Kenapa harus takut?

"Kenapa sirik? gak mampu ya lo?" Gue tertawa kurang ajar.

Plak!

Tamparan melayang mulus di pipi kanan gue, panas. Kedua tangan gue dipegang kuat oleh ke dua dayangnya. 

"DENGER YA! BAHKAN GUE BISA DAPETIN PAK ARKAN DALAM WAKTU SEKEJAP!" Kak Missel mencengkram kedua pipi gue dengan kuat.

Gue mengangguk-angguk seolah paham, "Dengan cara kaya mantan-mantan lo? tidur aparteman bilang ke orang tua lo mau kerja kelompok, nyatanya? bikin anak? gak jijik emangnya badan lo disentuh-sentuh oleh berbagai jenis laki-laki?"

"DASAR SIAL-!"

"Gini ya kak, gue cuma mau kasih tau aja soal nya gue tuh kasian sama lo. Takut lo punya penyakit parah cuma gara-gara berganti-ganti air liur sama bawahan." Gue bergidik ngeri.

"JANGAN SOK TAU LO! MENTANG-MENTANG ANAK FK!" Kak Missel berteriak tepat didepan muka gue.

"Nah!" Gue teriak tak kalah kenceng, " Maka dari itu gue sebagai anak FK ngasih tau lo. Biar jaga-jaga! harusnya lo itu berterima kasih sama gue kak."

Wih gue mah kalau ngeladenin yang beginian jangan pake emosi apalagi fisik. Itu bakalan ngerugiin diri gue sendiri, main cantik bisa dong.

"LO-!"

Gue memotong ucapan unfaedah kak Missel dan melirik kepada dua dayangnya kak Missel yang masih setia megangin tangan gue.

"Dan untuk lo berdua, gak cepe apa jadi dayangnya tuh orang? Gue tanya lo berdua dikasih apa aja? Emas kah? Tanah? Hotel? Atau apa? setia amat sama bos lo."

Kedua dayang melepaskan tangan gue. Gue tersenyum penuh kemenangan. Kak Missel makin geram.

"LO BERDUA GIMANA SIH?!" Bantak Kak Missel kepada dayang nya sendiri.

Gue menghampiri Kak Missel, "Untuk lo kak, gue menghargai lo sebagai senior. Lo orang yang berpendidikan, tapi sayang prilaku lo minus. Benar-benar minus. Bahkan dibandingkan dengan orang jalanan sekali pun perilaku mereka lebih baik dari pada lo!"

Gue jalan menuju pintu toliet kemudian berbalik menghadap kak Missel,"Oh ya, lo itu bukanya anak fakultas hukum ya kak? Kok sikap lo kaya gitu sih? Enggak mencerminkan sebagai anak hukum."

"KALEY AWAS LO-!"

Brak!

Gue membanting keras pintu kamar mandi. Kurang asem emang tuh kak Missel bikin orang kesel pagi-pagi aja!

***

Dosen KampusWhere stories live. Discover now