57 || Drama Rumah Tangga

214K 20.2K 2.8K
                                    

"Aku akan kasih hak ini sama kamu. Asal kamu bantu aku selesaiin skripsi." Gue berucap lantang.

Bilang Kaley gila, tawaran macam apa itu?

Pak Arkan yang tadinya merem jadi membuka matanya. Dia menatap gue lama. Gue nyengir. Bingung mesti gimana? Ini lagi mulut gak bisa apa ngontrol ucapannya?

"K-kenapa?" Gue meringis.

Pak Arkan merapatkan bibirnya. Seolah matanya yang berbicara.

"Coba ulangin tadi kamu bilang apa?" Desis pak Arkan.

"A-aku.." Ucap gue gugup

"Aku emang mau kamu Ley, tapi layak nya istri melayani suami. Kamu mau melakukan itu cuma karena simbiosis mutualisme?" Pak Arkan melepaskan pelukannya, "Aku kecewa sama kamu."

Pak Arkan bangkit dari ranjang keluar kamar. Gue tertegun. Diam beberapa saat kemudian ikut menyusul pak Arkan kebawah.

"Mas bukan gitu maksud aku." Ujar gue saat pak Arkan menuruni tangga. Kita berjalan berdampingan. "Tolong dengerin aku dulu."

Pak Arkan mempercapat langkah kakinya. Berbelok kearah kanan untuk keluar dari rumah.

"Mas ..." Gue memegangi pergelangan tangannya. Pak Arkan berhenti. Gue berdiri didepan dia. "M-maaf."

"Lepas." Tangan gue ditepis kasar. Cowok itu meluruskan padanganya menuju garasi mobil. 

Langkah kaki pak Arkan yang lebar membuat gue kewalahan untuk mengejarnya. Dia mengeluarkan motor dan menaikinya.

"Mau kemana?" Tanya gue pelan. Pak Arkan tidak menjawab. "Ini udah mau malam."

"Bukan urusan kamu." Pak Arkan menjawab dingin.

Hati gue tertohok mendengar ucapan pak Arkan barusan. Nada bicaranya benar-benar seperti orang asing.

"Hati-hati." Gue membuang nafas pelan,  "Jangan ngebut-ngebut bawa motornya."

Bukan sebuah jawaban. Pak Arkan melajukan motornya secara cepat. Mata gue terus tertuju pada motor yang hendak keluar dari halaman rumah. 

"Jangan lupa pulang." Ucap gue melemas saat melihat bayangan pak Arkan benar-benar hilang.

***

Hari sudah larut malam. Bahkan pak Arkan belum pulang kerumah. Diluar hujan sangat deras. Jalanan ibu kota pasti tidak terlalu ramai. Entah pak Arkan pergi kemana untuk melampiaskan rasa kecewanya.

Gue udah berkali-kali telefon dan sms pak Arkan. Namun tidak ada balasan.

"Kamu dimana?" Tanya gue serak seraya menatap ponsel.

Belum ada pesan masuk. Mau nanyain ke Nyokap tapi takut bikin dia cemas. Apalagi sekarang udah pukul 23:30.

Beberapa menit berlalu. Gue udah bejalan kesana-kemari buat ngecek pak Arkan udah pulang atau belum. Namun hasilnya tetap sama nihil. Tidak ada tanda-tanda pak Arkan pulang. Suara motor lewat didepan komplek aja enggak ada.

Gue membuang nafas kasar. Hujan masih belum reda yang ada makin deras.

Ting!

Ponsel gue bunyi. Satu pesan masuk.

Mamah Miya.

Mama Miya : Kaley, kamu bisa kerumah mama sekarang?

Gue mengerutkan dahi.

Kaley : Emangnya ada apa ma?

Dosen KampusWhere stories live. Discover now