54 || Skripsi

209K 17.7K 581
                                    

Benar kata orang derita mahasiswa semester akhir adalah derita yang sangat memuakkan. Dimulai dari skripsi, revisi, bimbingan dan lain sebagainya tentunya sangat menyita banyak waktu.

"Nih liat," Pak Arkan meletakkan skripsi gue di meja. Tangannya mencoret beberapa kalimat di sana. "Ini sampai sini kamu revisi ulang."

"Revisi lagi?" Gue membeo tidak percaya.

"Iya." Pak Arkan mengangguk, "Makanya yang teliti kalau ngerjain sesuatu."

"Pusing ..." Gue menjambak rambut frustasi. Makin lama makin susah ternyata. "Bantuin aku kek."

"Lah, kan ini aku bantuin kamu." Pak Arkan mengerutkan dahinya, "Bantu apa lagi emangnya?"

"Kamu itu membantunya sebagai dosen aku," Gue berdecak sebal, "Aku butuhnya kamu ngebantuin aku sebagai suami aku."

"H-hah?" Pak Arkan menatap gue tidak mengerti, "Maksudnya?"

"Tau ah." Gue mengambil alih skripsi dari tangan dia.

Pak Arkan memeluk gue dari samping, dia mengecup pipi gue bertubi-tubi. "Kalau ngerjain sesuatu itu jangan sambil marah-marah bukanya cepat beres tapi makin berantakan."

"Ya habisnya gimana dong?" Gue mendesah pelan dan menutup muka dengan telapak tangan.

"Ngerjainnya pelan-pelan," Pak Arkan memberi tahu, "Aku yakin kamu bisa."

Gue menatap wajah pak Arkan lama. Tumben banget laki gue waras kaya gini biasanya kalau lagi berduaan gini tuh dia rese banget. Sekarang kagak, wah curiga gue pasti nih orang ada mau nya.

"Kenapa ngeliatin aku kaya gitu?" Tanya pak Arkan.

"Enggak, aneh aja." Ujar gue jujur.

"Aneh?"

Gue menyorot pak Arkan curiga, "Ayolah, kamu baik sama aku karena ada maunya kan?"

"Dosa Ley! Nuduh yang enggak-enggak sama suami sendiri."

Gue meringis, "Aku tau kamu."

Diam-diam pak Arkan tersenyum aneh.

Tuh kan apa yang gue bilang benar. Dia emang jarang banget bersikap semanis ini sama gue kalau urusan kampus.

"Jangan dekat-dekat!" Gue melepaskan paksa lilitan tangan kekarnya, "Awas aja kalau mesum!"

Gagal.

Pak Arkan semakin mengeratkan pelukannya.

Lampu merah. Jaga jarak aman kalau udah kaya gini.

"Apaan sih, orang aku cuma peluk doang." Ucapnya memalas.

Gue mengembuskan nafas lega.

"Tapi boong." Lanjut pak Arkan.

Gue menatap pak Arkan horor, "Jangan minta yang aneh-aneh."

"Setelah kamu lulus kuliah kita honeymoon dong ya?" Pak Arkan melirik gue berbinar.

Gue mengedipkan mata. Seolah otak gue enggan untuk mencerna ucapan pak Arkan barusan. "H-honeymoon?"

"Jangan bilang kamu enggak mau." Pak Arkan memandang gue sengit, "Jangan gila Ley!"

"Aku masih waras." Ujar gue kesal. Pikiran pak Arkan udah nyampe sejauh itu ternyata. Berbanding terbalik sekali sama jalan pikiran gue. "Skripsi aku aja belum selesai udah mikir sampe sejauh sana."

"Makanya cepetan selesai-in."

"Susah!"

Tuhkan ngegas gue.

Dosen KampusWhere stories live. Discover now