19 || Kampus

234K 19.5K 144
                                    

"Ngapain?" Gue duduk di kursi sebelah Keyla, posisi gue sekarang di dalam kelas, berhubung gue kemarin titip absen karena pak Arkan sakit.

Keyla memiringkan kepalanya sekit. Lantas kembali sibuk dengan kertas-kertas, "nugas lah!"

Tugas? ah perasaan gak ada deh, tadi malam gue tanya di grup bilang nya kagak ada, kok sekarang ada?

Gue ngeliat makalah yang dipegang Keyla, gue rebut. Terus gue liat isi nya, "Makalah apaan ini?"

Keyla ngejitak pala gue gemes. Dia berdecak sebal, "Tugas kemarin yang disuruh pak Arkan penelitian!"

"Oh-" Gue mengangguk, seketika gue teringat sesuatu, "HAH?!"

Ah sial! gue belum ngerjain semuanya, baru beberapa bab. Niatnya mau selesain kemarin tapi kan ada kendala  aduh, mampus gue!

"Kenapa lo?" Tanya Keyla sambil menyeruput minuman kalengnya, dia menopang dagu heran.

"Gue belum selesai gila!" Pekik gue. Dari tadi gue ubrak-abrik tas gue yang diatas meja cari makalah yang cuma setengah isinya.

Gak ketemu.

Gue angkat tas gue tinggi-tinggi lalu gue balikin. Otomatis semua barang yang ada di dalam tas gue keluar semua dan kalian tau isi tasnya apaan? cuma barang-barang enggak penting sama sekali!

"MAKALAH GUEE!!" Teriak gue histeris.

Keyla yang disebelah gue menutupi telinganya dramatis, lebay. Gue berdiri dari kursi lari keluar kelas tujuan gue sekarang loker.

Seingat gue setengah makalah itu disimpan di loker kampus, kalau kagak ada tuh makalah bisa-bisa gue enggak lulus, jadi mahasiswa abadi gitu? Ogah.

Ditengah perjalanan semua mahasiswa baru pada ngeliatin gue aneh, dan gue baru sadar, kalau gue enggak pake sepatu cuma pake kaos kaki aja.

Enggak pa-pa gue udah senior. Gak harus malu. Gue menerusuri koridor kampus kaya orang kesetanan. Lima belas menit lagi kelas akan dimulai dan gue belum sampe di tangga utama buat menuju loker.

Waktu gue belok, gue enggak sengaja nabrak seseorang. Gue ngedongak, dan membersihkan pakaian yang udah berantakan.

Gue tersenyum kikuk, "Maaf, saya enggak sengaja."

Cowok itu mengangguk, ia mengulurkan tangan kananya. Sedangan tangan kirinya memegang beberapa buku tembal. "Santai, kenalin gue Alvaro."

Gue menatap dia beberapa saat, lalu gue jabat tangan dia. "Kaley."

"Ehem!" Seseorang berdahem keras dari belakang. Sontak gue sama Alvaro memperhatikan kesumber suara.

Pak Arkan.

Gue menelan ludah kasar. Pak Arkan berdiri di tengah-tengah antara gue dan Alvaro, "Ini kampus jangan pacaran apalagi pegang-pegang tangan kaya gitu."

Pak Arkan ngeliatin sinis tangan gue yang masih salaman sama Alvaro. Dengan cepat gue tarik tangan gue.

"Kalau gitu saya permisi dulu pak." Ujar Alvaro. Dia berjalan menuju ruangan dekan.

Sekarang tinggal gue sama pak Arkan, dari tadi pak Arkan ngeliatin gue tajam banget. Gue yang ditatap sampe begitu jadi takut sendiri.

"Kamu mau kemana?" Tanya pak Arkan dengan suara berat.

Gue menggeleng sambil menundukkan kepala, "M-mau ambil makalah diloker."

"Lima menit lagi pelajaran saya dimulai." Pak Arkan ngelirik jam di tangan kirinya.

"I-iya, sebentar aja pak." Aduh, Kaley cuma bicara begituan aja susah amat.

"Cepetan saya gak suka mahasiswi
enggak disiplin waktu."

"I-iya." Gue megangguk.

Pak Arkan udah berjalan duluan kekelas. Sumpah ya pak Arkan nyeremin banget. Waktu sakit aja dia manja banget sama gue. Eh, giliran udah sembuh ngeselinnya kumat.

***

"Udah? ada gak makalah nya?" Tanya Keyla.

Gue mengeluarkan makalahnya, udah enggak di sampul separo lagi. Gak pa-pa sukur-sukur gue simpan makalahnya di loker, coba kalau enggak pasti ketinggalan di rumah.

Keyla mengambil makalah gue dia membuka lembar demi lembar, "Cuma sepuluh lembar?"

Gue mengangguk mantap, "Iya dong, anak rajin gue mah."

"Rajin matamu! sepuluh lebar lo bilang rajin?" Keyla menggeleng takjub.

Gue nyengir lebar, "Rajin lah! emangnya lo berapa lembar?"

Keyla menumpuk kepala gue dengan makalahnya yang tebal, "Empat puluh lima lah geblek!"

"Yaudah sih tinggal gue kopas punya elo, beres deh." Gue nyilangin tangan dan naro pipi gue di atasnya.

"Enak aja!" Keyla menggeleng enggak sudi. Makalahnya dia peluk erat.

Gue yang geliat itu cuma bisa ngedumel dalam hati. Gini nih, kalau punya teman pelit banget masalah tugas rasanya gue mau ngelempar tuh orang kelautan hindia!

"Orang pelit kuburanya sempit lo mau?" Gue melotot.

Keyla tertegun. Dia menatap gue enggak percaya, "Emang iya?"

"Iya lah!" Gue nyaut nyolot. Emang Keyla itu paling polos diantara gue dan teman-teman. Gue tunjuk-tunjuk muka dia, "Hayo loh ... kuburanya sempit."

"Enggak!" Keyla menggeleng enggak terima, "Mana ada yang kaya gitu?!"

Gue menopang dagu males, "Tanya aja sama Bisma."

Bisma yang disebut namanya nengok kearah kita, "Kenapa?"

Gue tadinya mau jawab tapi keburu dipotong oleh Keyla, "Bisma! Bisma! emang iya orang pelit kuburuan nya sempit?"

Bisma menatap gue yang lagi cengengesan, "Keyla elo mau aja dikibulin sama Kaley."

Reynald baru saja datang dibalik pintu berserta teman-teman yang lain. Dia merangkul bahu Keyla, "Bep, bep, elo itu oon banget ya."

Keyla yang di katain 'oon' tersingung. Dia menepis kasar tangan Reynald yang merangkul pundaknya, "Sembarangan lo kalau ngomong!"

Viko ngakak, "Oon-oon gini cantik loh ..."

Keyla nyengir.

"Lo tau gak?" Reynald bertanya, dia melirik gue sekilas, "Kalau kaley itu ..."

Gue melotot.

"Manusia?" Keyla menjawab dengan begitu lugu.

***

Dosen KampusWhere stories live. Discover now