39 || Reynald

205K 18.2K 1.6K
                                    

Gue menempelkan pipi ke meja dari dua puluh menit yang lalu gue udah ada di kelas cuma nunggu dosen yang belum datang. Gue duduk dijajaran paling depan dalam hati gue ogah banget gue duduk di paling depan soalnya berhadapan langsung dengan dosen apalagi dosen pak Arkan.

"Ley." Reynald menyenggol siku gue dengan tangannya. Dia duduk satu meja dengan gue. "Laki lo mana sih? dari tadi kok gak dateng-dateng."

Gue membalikkan posisi menjadi menghadap Reynald, "Mana gue tau."

"Ya, kan, lo bininya masa gak tau?" Reynald berdecak sebal.

Emang dia tuh paling anti kalau suruh menunggu kalau main bareng sama gue juga suka uring-uringan karena gue ngaret kan gue cewek ya, pantes aja dong gue lama.

"Mungkin-"

"Pagi semuanya." Gue sama Reynald melirik suara yang berasal dari pintu kelas dia pak Arkan. Dia berjalan menuju tempat duduknya, mata gue sama dia sempat bertemu. Gue memutuskan kontak mata itu terlebih dahulu.

"Pagi juga pak." Seru semua mahasiswa.

Pak Arkan dari tadi ngeliatin gue mulu. Gue bingung dong, gue salah apa? Mata gue ngelirik kebelakang. Takutnya kan pak Arkan malah ngeliatin orang dibelakang gue bukan gue.

Kok makin lama makin berasa gitu tatapanya. Gue diam, membuka buku yang dibawa dari rumah buat mengalihkan perhatian. Gila rasanya diliatin gak enak banget. Gue nya jadi salting sendiri.

"Nald. Nald." Gue berbisik. Mata gue masih terfokus pada buku biar pak Arkan gak curiga. "Pak Arkan ngeliatin gue ya?"

"Hah?" Reynald melirik gue sekilas. Dia menggeleng tidak tau. "Lah, gue kira pak Arkan ngeliatin gue."

"Kita ada salah Nald?" Cicit gue.

"Salah apaan?" Reynald membuka buku sok sibuk. Padahal mah gue yakin Reynald lagi takut karena pak Arkan ngeliatin dia mulu. "Kayanya dia ceburu deh."

"Cemburu?" Gue membeo enggak ngerti, "Cemburu sama siapa?"

"Ya sama gue lah pe'a!" Reynald mendengus. Dia mengangkatkan kepalanya melirik pak Arkan yang lagi menjelaskan materi. Reynald meringis ternyata pak Arkan masih sesekali meliriknya tajam. "Gue pindah kursi aja dah."

"Eh, eh, lo mau kemana?" Gue menarik tangannya yang mau bangkit dari kursi. Dia mau nginggalin gue gitu? "Lo jangan pindah ya, masa gue duduk sendirian sih? paling depan lagi."

"Ya udah sih emangnya kenapa?" Reynald memberaskan buku yang berserakan. Dia udah mengambil ancang-ancang buat kabur. "Biasanya tiap hari tidur seranjang juga."

"Anjir lo!" Gue melotot, "Emang lo berani pindah kursi sedangkan pak Arkan lagi ngejelasin?"

"Enggak sih," Reynald menggeleng lesu, "Ntar yang ada nilai gue taruhanya."

"Tolong buat yang duduk paling depan pojok kanan bisa kalian jelasin ulang yang saya jelaskan barusan?" Pak Arkan menyorot gue sama Reynald tajam.

Gue menganga. Bahkan gue enggak memperhatikan penjalasannya pak Arkan dikitpun.

"Mampus." Reynald melirik gue horor, "Nah lo gimana kita ley?"

"Lo. Lo, yang jelasin sana!" Gue menyodorkan buku yang bersampul biru ketuaan, "Nih cepetan."

"Buku apaan ini?" Reynald membuka buku itu. Gue sama sekali enggak ngerti dan gak paham yang dijelasin pak Arkan barusan. "Heh ley, ini buku apaan?"

"Gue gak tau," Gue nunduk kepala gue malu. Malu banget ini satu kelas menyorot kita semua, "Udah sana jelasin Nald yaelah."

Dosen KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang