22 || Ungkapan hati

225K 21.2K 826
                                    

Sinar matahari membangunkan gue yang tertidur, gue melirik kesamping sedang mata sipit.

Pak Arkan.

Dia tidur dengan posisi yang meluk gue  dengan erat, kepalanya ditenggelamkan dicerukkan leher, Bibir gue tersenyum simpul. Tangan gue mengusap tanganya yang melingkar diperut.

Pelan-pelan gue menyingkirkan tangan dia dan berhasil. Gue beranjak dari ranjang pergi kekamar mandi berhubung ini hari libur enggak ada alasan gue untuk mandi, gue kekamar mandi cuma gosok gigi sama cuci muka.

Gue berjalan kebawah niatnya mau cari angin pagi, jujur disini sejuk banget, gue membuka pintu utama untuk keluar. Gue melangkah keluar gerbang merentangkan tangan dan menghirup udara dalam-dalam.

"Allamdulilah." Gumam gue.

Tiba-tiba mata gue tertarik pada abang-abang tukang soto sayur. Melambaikan tangan memberi kode agar abang itu kesini lalu dia itu mengangguk dan membawa gerobaknya kesini.

"Pagi neng," Sapanya.

Gue nyengir, "Pagi juga bang!"

Abang tukang soto sayur itu tertawa, "pagi-pagi semangat bagus itu neng!"

"Iya dong bang. Eh, mau dong bang soto nya dua ya, dibungkus." Ujar gue.

"Siap neng." Dia mengacungkan dua jempol.

Gue ketawa, gue tuh paling suka sama yang jualan ramah kaya gitu, seru diajak bercanda, biasanya waktu di komplek bunda, gue selalu langganan sama Mang Jajang yang jualan bubur ayam.

"Baru tinggal dikomplek ini ya, neng?" Tanya nya sambil membuat soto.

Gue mengangguk, "Iya bang, baru beberapa bulan."

"Pantes atuh abang teh baru ngeliat."

"Baru ngeliat cewek cantik ya bang?" Gue nyengir.

"Yeh, si eneng mah bisa wae, " Dia menyodorkan dua buks soto sayurnya, "Nih neng dua."

Gue ambil, "Berapa bang?"

"Dua puluh ribu aja neng,"

Gue meraih uang lima puluh ribu di kantong baju.

"Nih bang," Gue tersenyum, "Kembalian nya ambil aja."

"Ah, beneran nih neng?" Tanyanya, "Kembaliannya lumayan loh ..."

Gue terkekeh, "Anggap aja itu rejeki abang pagi ini yang udah ketemu cewek secantik saya."

Abang itu terbahak, "Bener-bener ya si eneng ini."

"Saya masuk dulu ya bang!" Gue melambaikan tangan, "Besok kesini bang!"

"Siap atuh neng!"

***

Gue masuk ke dalam rumah berjalan ke dapar untuk menyiapkan soto sayur yang tadi gue beli, sedangkan yang satu lagi nya gue panasain buat sarapan pak Arkan nanti.

Gue duduk diruang televisi sambil makan, lagi asik-asik makan eh ada tangan yang melingkar di pinggang, udah bisa ketebak ini ulah siapa.

Gue melirik sekilas, "Udah bangun?"

Pak Arkan mengangguk lemah, "Hm."

Gue mengecek suhu badannya, udah enggak sepanas kemarin, "Kalau masih ngantuk tidur lagi aja di kamar."

"Enggak mau."

Gue menghela nafas. Menawarkan soto sayur ke pak Arkan, "Mau?"

Pak Arkan mendongak. Dia melepaskan pelukan nya, "Mau."

Gue berdiri dari sofa mengambil soto yang dipanasin tadi, sengaja gue enggak kasih soto sayur yang barusan karena pake sambel, sedangkan yang punya dia enggak.

"Nih, makan dulu." Gue menyerahkan nya pak Arkan.

Pak Arkan menggeleng, "Suapin."

Gue melongo, "Makan sendiri punya tangan juga."

"Yaudah enggak mau makan." Dia menaruh mangkuknya ke meja.

Gue yang ngeliat itu berdecak sebal, "Ntar sakit lagi."

"Bodo." Pak Arkan ngangkatin bahu nya acuh. Dia pergi kekamar atas.

Elah ngeselin benget!

Gue membuang nafas panjang lalu mengejar dia keatas sambil bawa mangkuk tadi, nenar-benar ya pak Arkan marah-marah terus.

Gue memegang kenop pintu dan membuka nya, pak Arkan tidur menutupi seluruh badannya pakai selimut. Gue berjalan mendekat, menarik kursi rias dan duduk dipinggir nya.

"Jangan marah-marah mulu pak gak baik."

Gak ada sautan.

"Saya enggak bermaksud buat pak Arkan marah, beneran deh!"

Kebiasaan kalau pak Arkan marah pasti merapatkan bibir nya.

"Sini saya suapin." Gue mengelus rahangnya yang mengeras.

Pak Aran membalikan tubuh nya menjadi menghadap gue, "Emang apa salah nya sih minta disuapin sama istri sendiri?"

Gue diam.

"Saya enggak minta yang aneh-aneh ini." Pak Arkan membuang muka.

Gue menatap pak Arkan sendu, "sorry."

"Saya tau kita nikah cuma karena unsur perjodohan, saya juga tau kalau kamu enggak cinta sama saya. Tapi posisi kita disini sebagai suami-istri Kaley, saya juga seperti kamu, cuma bedanya saya berusaha buat buka hati buat kamu. Tapi kamu?" Pak Arkan tersenyum kecut, "Buat suapi saya aja enggak mau, apalagi ngebuka hati buat saya?"

***

Dosen KampusWhere stories live. Discover now