36 || Menyerah?

201K 17.3K 569
                                    

Pak Arkan menggandeng tangan gue yang mulai mati rasa, "dengerin aku dulu, kali ini aja ..." Dia berjalan menuju mobil yang terpakir dipinggiran jalan.

Gue tidak berontak.

"Ley ..." Pak Arkan memanggil gue dengan suara parau, "Tolong jangan diemin aku kaya gini ..."

Gue mengalihkan padangan gue ke jendela mobil menatap rintikan hujan malam, tadi niat nya gue mau kabur lagi dari hadapan pak Arkan tapi gagal.

"Pulang ke rumah mama ya?" Bujuk pak Arkan, "Biar semuanya jelas. Kamu enggak salah paham lagi."

Gue menggeleng.

"Percaya sama aku, aku enggak pernah mengkhianatin kamu." Pak Arkan melirik gue sekilas latas melihat jalanan lagi. "Viola-"

"Udah pak, saya capek, saya mau pulang ke rumah." Ujar gue serak.

"Yaudah ..." Pak Arkan menghela nafas.

***

Gue keluar dari mobil lebih dahulu. Sial! Kunci rumah di pegang oleh pak Arkan, gue diam menunggu pak Arkan membuka pintu.

Pak Arkan jalan mendekat. Dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu dengan posisi seperti memeluk gue dari belakang, ge mejamkan mata dan menahan air mata yang akan mengalir kembali.

Pintu terbuka, dengan cepat gue lari menuju tangga. Kepala gue rasanya mau meledak, betapa stres nya gue hari ini. Saat di dalam kamar gue langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu menyalakan shower menikmati jutaan air berjatuhan.

Memori itu ... tamparan keras.

Gue lemah, sangat lemah jika bersangkutan dengan kejadian tadi siang.

Percayalah ... Gue enggak bisa setegar itu melihat pria yang mulai gue cintai dengan wanita lain.

"Bun ..." Tubuh gue kembali bergetar, "Kaley sakit bun .."

Satu jam gue di dalam kamar mandi kulit gue mulai keriput karena kelamaan terkena air, gue mengenakan baju dan menatap diri lewat pantulan cermin, mata gue sebab serta bibir gue pucat.

Gue mengembuskan nafas panjang. Tangan gue memegang knop pintu dan membukanya, tampaklah pak Arkan yang lagi duduk ditepi ranjang sambil menatap gue penuh Arti.

Gue melihat mata pak Arkan sekilas lalu menaiki ranjang dan membalikkan tubuh menjadi memunggungi dia.

Ting!

Reynald.

Beb, lu udah pulang kan?

Gue menatap ponsel gue lama. Gue lupa kalau gue kesana berang tuh bocah.

Udah.
Sorry tadi gue pulang duluan.

Gue khawatir anjir sama lo. Ditungguin sampe dua jam gak balik-balik ke kafe. Gue cariin disekitar kafe gak ketemu. Lo baik-baik aja kan?

Gue tersenyum sekilas.

Iya tenang aja.
Gue baik-baik aja kok.
Sekali lagi gue minta maaf sama lo.
Karena buat lo khawatir.

Gue lega kalau lo gak pa-pa.

Iya.

Gue menutup ponsel menyimpan kembali ke laci kecil, serta mulai memejamkan mata gue perlahan. Gue diam terpaku di kala seseorang memeluk gue dari belakang.

"Kaley ..." Pak Arkan mengeratkan pelukannya, tubuh gue seakan hancur saat merasakan punggung gue terkena tetesan air. "M-maaf ..."

Gue menggigit berbibir bawah gue kuat, air mata gue turun dengan mudahnya.

Semuanya menjadi satu dan berantakan.

"Maaf Ley .." Lagi, tetesan air mata itu terjatuh. "M-maaf udah bikin kamu kecewa ..."

Mata gue memandangi tangan pak Arkan dan terdapat sebuah cincin yang melingkar di jari manis nya.

Apa iya pak Arkan selingkuh?

Dia punya cewek lain selain gue?

Kenyataan di luar dugaan. Gue enggak bisa bayangin gimana kedepannya bahkan gue enggak tau motif pak Arkan melakukan hal itu rasanya tidak masuk akal.

Apa gue harus mundur?

***

Dosen KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang