50 || Pasar malam

201K 17.5K 901
                                    

Layaknya seorang mahasiswa mngerjakan tugas adalah sebuah kewajiban. Disini di kedai makan Nusantara, gue sama pak Arkan sedang bimbingan Skripsi dari dua jam yang lalu dan gue cuma bisa jawab 'iya-iya' aja otak gue udah mentok untuk mencerna semua materi itu.

Pak Arkan menghela nafas panjang. Dia menatap gue yang lagi bermalas-malasan, "Ley."

"Ya?" Jawab gue.

"Mau cepat-cepat lulus gak sih sebenernya?" Pak Arkan berucap sadis. Laki-Laki itu menutup semua lembaran skripsi.

"Mau," Gue mengangguk. Ya, benerkan? Siapa juga orang yang gak mau lulus dalam tempo cepat?

"Percuma kalau bimbingannya kaya gini, kamu nya males mulu. Aku nya juga jadi ikutan males." Ini sosok pak Arkan kalau sedang dalam area Kampus. "Gak usah lulus aja lah pending jadi tahun depan."

Mata gue melotot mendengar ucapan pak Arkan yang terakhir. Enak banget dia kalau ngomong, enggak tau apa ya? Gue sering begadang cuma demi skripsi? Dan se-enak jidatnya dia sebut gue seorang pemales? Wah ngajak ribut nih dosen.

"Aku cape," Rengek gue, "Kurang tidur juga."

Tadi malam gue tidur cuma tiga jam. Bayangin aja woy! Gimana enggak ngantuk gue?

"Makanya kalau disuruh tidur tuh ya tidur," Tegur pak Arkan. Gue memutarkan bola mata, orang gue bergadang juga karena ngerjain tugas dari dia. "Yaudah bimbinganya lanjut besok lagi aja, kalau enggak dirumah."

Gue megangguk. Mata gue melirik pak Arkan yang sudah beranjak dari tempat duduk. "Mau kemana?"

"Pulang." Ujarnya santai.

"Enggak ngajar?" Tanya gue. Pak Arkan menggeleng. "Jalan-jalan yu."

"Kemana?"

"Pasar malam." Ujar gue, "Kalau gak salah sih ada pasar malam hari ini."

"Males." Pak Arkan menggeleng ogah.

"Ayolah ..." Bujuk gue.

Jarang-jarang juga kan ada pasar malam dikomplek deket rumah. Biasanya cuma anak remaja yang meramaikan area sana kalau diingat-ingat gue terakhir ke pasar malam satu tahun yang lalu itu juga bareng teman-teman, kangen rasanya.

Pak Arkan diam, dia matap gue lama seakan meminta kepastian. Gue mengangguk meyakinkan dia.

Pak Arkan menghela nafas pelan. "Yaudah ayo."

***

Sampai di tempat tujuan. Pasar malamnya rame banget padahal ini belum bisa dibilang malam, masih sore. Tapi ini yang datengnya kok banyak begini?

"Rame banget Ley," keluh pak Arkan, "Pulang aja yu?"

"Masa mau pulang sih? Kan baru nyampe ini."

"Banyak orang loh ini ..."

"Shtt! Ayo ah." Gue menarik tangan pak Arkan untuk keluar mobil.

Dari sekian banyaknya permainan ada satu permainan yang mencuri perhatian gue. Gue menarik tangan pak Arkan semangat.

"Pelan-pelan Ley," Keluh pak Arkan.

"Ayo Mas main ini!" Gue nyengir. Pak Arkan membungkam. "Ayoo ..."

"Gak!" Tolaknya mentah-mentah.

"Yah gak seru!" Gue melepaskan gandengan tanganya.

"Bodo." Pak Arkan jalan duluan meninggalkan gue yang masih stay ditempat permainan pancingan ikan.

Hahaa ... Emang gue nyuruh pak Arkan buat mancing ikan, lumayankan hadiahnya bisa buat gue. Tenang, senyum gue enggak luntur gitu aja masih banyak permainan yang bisa dijelajahi.

Dosen Kampusحيث تعيش القصص. اكتشف الآن